
TIKTAK.ID – WhatsApp dikabarkan merilis fitur baru yang akan memungkinkan pengguna untuk memeriksa kebenaran pesan yang diteruskan oleh pengguna lain. Fitur cek fakta mandiri tersebut akan muncul dalam bentuk kaca pembesar, yang terletak di sebelah pesan viral yang diterima pengguna.
Kemudian pengguna dapat mengetuk ikon kaca pembesar itu. WhatsApp pun akan menanyakan kepada pengguna apakah mereka ingin mencari pesan yang diteruskan oleh pengguna lain di Google.
Seperti dilansir CNN Indonesia dari Gizmochina, ikon kaca pembesar itu akan muncul di sebelah pesan apapun yang telah diteruskan ke lima orang atau lebih. Diketahui ikon itu juga bertujuan memberi para penggunanya kemampuan untuk segera memeriksa fakta dari pesan viral yang diterimanya.
Melalui sebuah contoh yang ditampilkan WhatsApp, situs pencarian akan menampilkan tiga situs cek fakta menyangkal sebuah situs web yang mengklaim bahwa minum air bawang putih segar bisa menyembuhkan Covid-19.
Mengutip The Verge, WhatsApp sempat diperumit oleh fitur enkripsi end-to-end. Fitur itu mencegahnya dapat melihat konten dari setiap pesan yang dikirim pada layanan.
Namun dengan adanya fitur pencarian baru, maka WhatsApp memberi pengguna kemampuan untuk memeriksa fakta sendiri, bukan perusahaan yang secara proaktif memindai pesan mengecek.
Lebih lanjut, WhatsApp mengatakan bahwa pesan apa pun yang dipilih pengguna untuk dicari dikirim langsung ke peramban mereka tanpa diketahui oleh WhatsApp.
Meski begitu, fitur pencarian itu baru bisa dinikmati pengguna iOS, Android, dan Web di Brasil, Italia, Irlandia, Meksiko, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat. Fitur itu belum dapat dinikmati di Indonesia.
Sementara itu, survei American Press Institute (API) mengungkapkan bahwa mayoritas pengguna media di Amerika Serikat masih mengaku bahwa sumber (source) berita lebih penting bagi mereka dibandingkan dengan identitas penyebar (sharer) berita. Tetapi penelitian eksperimental API yang lebih dalam menunjukkan hasil yang berbeda.
Di media sosial, pada praktiknya khalayak menunjukkan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi pada berita yang disebarkan oleh orang yang ia percaya, ketimbang berita dengan sumber yang kredibel. Artinya, dalam mencerna informasi di media sosial, orang lebih melihat siapa yang membagikan informasi daripada dari mana ia mendapat informasi.