TIKTAK.ID – Penyakit diabetes umumnya menyerang dewasa dan orang tua. Akan tetapi, saat ini diabetes juga menyerang anak-anak. Beberapa waktu lalu, IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) mengungkapkan bahwa berdasarkan data pada 2023, kasus diabetes pada anak-anak meningkat hingga 70 kali lipat sejak 2010.
Usia anak-anak yang menderita diabetes juga beragam, yakni mulai dari usia 10 sampai 14 tahun. Bahkan, balita yang masih berusia 0 sampai 4 tahun pun kemungkinan dapat terkena diabetes.
Dokter Spesialis Anak, dr. Leonirma Tengguna, M.Sc, Sp.A, menjelaskan bahwa terdapat sejumlah gejala awal yang bisa diketahui bagi penderita diabetes pada anak, yaitu 3P; Poliuri, Polidipsi, dan Poliphagi.
“Gejala awal diabetes adalah 3P yaitu Poliuri, banyak buang air kecil. Kemudian Polidipsi, banyak minum, dan yang ketiga itu Poliphagi, banyak makan. Selain 3P ini juga disertai dengan tanda-tanda yang paling sering yakni penurunan berat badan yang tidak disertai dengan penyebab yang jelas. Namun kalau gejala lain yang bisa terjadi adalah misalnya luka jadi susah sembuh, dan penglihatan kabur,” ujar dr. Leonirma dalam program e-Life Jumat (3/3/23) lalu, seperti dilansir detik.com.
“Gejala 3P ini tak hanya pada orang dewasa, tapi di anak-anak juga sama, gejala diabetes 3P ini ada. Seperti yang kita ketahui, diabetes itu tipenya ada banyak, dan salah satu tanda yang bisa terjadi misalnya pada diabetes tipe 2, ada tanda resistensi insulin ya. Tanda yang paling mudah, terdapat penebalan lipatan kulit, khususnya yang mudah dideteksi pada kulit bagian leher,” imbuh dr. Leonirma.
Menurut dr. Leonirma, cara mendeteksi diabetes pada anak dapat dilihat dari lipatan kulit pada leher sang anak. Dia menyebut tampak dari warna dan tekstur kulit yang lebih tebal daripada umumnya.
“Biasanya hal ini terjadi pada anak yang gemuk atau obesitas. Kita lihat saja di belakang lehernya itu yang paling banyak kelihatan dari luar, lehernya berwarna hitamnya berbeda dengan leher yang kotor. Warnanya lebih hitam dan kulitnya juga lebih tebal di daerah leher,” jelas dr. Leonirma.