TIKTAK.ID – Kurang gizi adalah musuh utama bagi tumbuh kembang anak yang optimal. Pasalnya, banyak hal akan dialami anak bila mengalami kekurangan gizi terus-menerus, mulai dari kenaikan berat badan yang tidak memadai, hingga stunting.
Prof. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K) mengatakan bahwa terdapat dua hal yang menyebabkan anak kurang gizi. Dia menjelaskan, pertama, asupan makanan yang tidak memadai.
“Hal ini dapat terjadi karena kemiskinan, penelantaran, atau ketidaktahuan,” ujar Damayanti dalam siaran pers, seperti dilansir Kompas.com.
Damayanti melanjutkan bahwa penyebab kedua yakni anak yang sering sakit atau infeksi berulang sehingga punya gangguan makan, atau pun anak memiliki masalah lahir dengan berat badan rendah, prematur, serta kelainan metabolisme bawaan, yang harus ditangani dengan pemberian nutrisi khusus.
Dia menilai bila kebutuhan kalori dan gizi anak tidak tercukupi, maka berat badannya pun tidak memadai, yang dikenal dengan istilah weight faltering.
“Contohnya pada bayi berusia 0-3 bulan yang mengalami kenaikan berat badan kurang dari 750 gram per bulan. Jika tidak segera melakukan intervensi, lama kelamaan berat badannya akan berkurang. Akibatnya, daya tahan tubuh rendah, mudah sakit, dan akhirnya mengalami gizi buruk,” terang Damayanti.
Damayanti menyatakan gizi buruk juga berpengaruh pada pembentukan hormon pertumbuhan, sehingga penambahan tinggi badan terhambat. Menurutnya, bila tidak diatasi, maka anak akan sampai pada titik yang disebut dengan stunting.
“Untuk mengetahui anak stunting atau tidak, dokter anak yang memiliki kompetensi keilmuan yang menentukan. Hal ini perlu dikenali sejak awal, supaya bisa ditentukan tindakan tepat yang diperlukan anak,” jelasnya.
Tak hanya kurang gizi, Damayanti memaparkan bahwa ada penyebab lain anak berperawakan pendek. Mulai dari karena berasal dari keluarga yang berperawakan pendek, late bloomer atau pubertas terlambat, hingga karena kelainan genetika, yang tentu memerlukan penanganan berbeda dari stunting.
Damayanti menyebut tinggi badan yang kurang sebenarnya bukan masalah utama yang harus ditakutkan saat anak stunting, melainkan pertumbuhan otaknya yang terhambat, yang menyebabkan kecerdasannya menurun.
“Anak yang mengalami weight faltering pada usia kurang dari 2 bulan, berpotensi mengalami penurunan IQ sekitar 3-4 poin. Jika tidak diatasi, maka dampaknya akan lebih buruk,” ucap Damayanti.
Damayanti menerangkan bahwa untuk mencegah stunting, asupan yang bergizi, khususnya protein hewani sangat penting. Sebab, kelengkapan, kecukupan, dan daya serap asam amino esensial pada protein hewani lebih tinggi ketimbang protein nabati.
Kemudian strategi pencegahan stunting bisa dimulai dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, serta pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) paling lambat di usia 6 bulan sambil diteruskan pemberian ASI.
Pemberian MPASI sendiri harus dilakukan tepat waktu, kandungan nutrisinya cukup dan seimbang, termasuk mengandung protein hewani.