TIKTAK.ID – Sebagian masyarakat menilai anak yang gemuk dengan pipi tembam merupakan simbol kemakmuran orangtua dan tanda cukup mendapat makanan. Anggapan tersebut pun cenderung membuat orangtua berusaha menggemukkan anaknya, sehingga tanpa sadar menerapkan gaya parenting yang kurang tepat dengan pola makan kurang sehat.
Orangtua perlu menerapkan kebiasaan makan yang baik sejak dini. Idealnya, hal itu dimulai sejak anak melewati masa ASI eksklusif dan mulai memperoleh MPASI (makanan pendamping ASI) pada usia 6 bulan.
“Asupan makanan tambahan setelah ASI bakal menentukan pertumbuhan anak,” ungkap dokter spesialis anak konsultan endokrinologi, dr. Frida Soesanti Sp.A(K), seperti dilansir Kompas.com.
Lebih lanjut dr. Frida menjelaskan bahwa berat badan berlebihan atau obesitas menyimpan bahaya untuk kesehatan.
“Pasti akan menimbulkan komplikasi, seperti diabetes, kolesterol tinggi, hingga perlemakan hati dini. Kemudian dalam jangka panjang, bisa menyebabkan kegagalan hati,” jelas dr. Frida.
Oleh sebab itu, orangtua harus terus memantau berat badan dan tumbuh kembang anak sejak bayi, dengan kurva pertumbuhan. Lewat kurva ini, akan terlihat penambahan berat badan bayi/anak; apakah sudah sesuai dengan tinggi badan maupun usianya.
Orangtua perlu waspada jika berat badan si kecil menurut tinggi badannya +2 SD (standar deviasi), yang menunjukkan kalau ia sudah mengalami kegemukan. Kalau angkanya mencapai +3 SD, maka si kecil tergolong obesitas.
Menurut dr. Frida, menurunkan berat badan anak yang obes bukan dengan cara diet ketat dan melarang anak makan makanan tertentu.
“Apalagi sampai mengurangi jumlah kalori secara drastis. Hal itu akan membuat anak craving atau kelaparan, sehingga terjadi efek yoyo,” tutur dr. Frida.
Dia memaparkan bahwa yang diperlukan yakni mengembalikan pola makan sesuai kebutuhan kalori yang normal. Karena itu, orangtua perlu membuat jadwal makan teratur yang terdiri dari tiga kali makan besar (sarapan, makan siang, makan malam), serta dua kali selingan.
“Paling bagus adalah menu yang berwarna-warni di dalam satu piring. Kalau berwarna-warni pasti sehat karena terdapat warna sayuran,” jelas dr. Frida.
Kemudian dr. Frida pun menekankan bahwa untuk membentuk pola makan yang baik, perlu kerja sama seluruh anggota keluarga di rumah.
“Berikan contoh langsung karena anak akan meniru apa yang dimakan oleh anggota keluarga lain,” terangnya.