TIKTAK.ID – Di dunia modern, kita sering mengonsumsi makanan ultra proses (Ultra-Prosessed Food/UPF) atau makanan kemasan. Padahal, jenis makanan ini memiliki sejumlah risiko kesehatan yang perlu diwaspadai.
Dokter Ahli Gizi sekaligus penulis, Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum, menyebut makanan ultra proses merupakan bagian dari makanan yang diproses dan sudah ditambahkan food addictive, seperti gula, garam, lemak, perisa, penguat rasa, dan lainnya.
Perlu diketahui, makanan ultra proses adalah pangan praktis dan disukai lidah (palatable) atau makanan hasil pengolahan industri untuk “menyerupai” keaslian bahan alaminya. Contoh makanan ultra proses yaitu es krim, minuman ringan, kecap, saus, sereal berperisa, cokelat, dan lain sebagainya.
“Makanan ultra proses, istilahnya yakni makanan yang diproses kebangetan. Makanan jenis ini bersifat addictive karena diciptakan agar orang yang mengonsumsinya kecanduan,” jelas dr. Tan saat menjadi narasumber dalam Sesi Bincang Santai membahas tema “Kenali Bedanya Makanan Orang & Dagangan Orang: Apakah Produk Pabrikan sebuah Kebutuhan atau Kecanduan” yang diadakan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) secara daring, Minggu (25/4/21), seperti dilansir Kompas.com.
Kemudian dr. Tan memberikan pemahaman reflektif terkait perbedaan antara “makanan orang” dengan “dagangan orang” agar bisa dipertimbangkan dan dimengerti oleh masyarakat.
Ia menyatakan makanan orang adalah:
- Apa yang mau dimakan ada dulu
- Jumlahnya lebih banyak dari yang makan
- Dimakan sebagai kebutuhan
- Bisa memenuhi kebutuhan
- Tidak memerlukan pembelaan ahli karena sudah baik dari asal mulanya
- Tidak membutuhkan daftar komposisi
- Dapat memenuhi prinsip kodrat
Sedangkan dagangan orang adalah:
- Apa yang mau makan ada dulu, serta menjadi produk “budaya” dan “peradaban”
- Jumlahnya tergantung pada permintaan
- Dijual agar konsumen kecanduan
- Dapat memenuhi prinsip ekonomi
- Memerlukan pembelaan dan penjelasan agar terlihat “sehat”
- Terdapat persyaratan label dan komposisi
- Sejalan prinsip teknokrat, yaitu tepat, cepat, akurat, efisiensi, praktis, dan murah.
“Contohnya terong, terong itu ‘makanan orang’. Berbeda dengan boba yang populer sekarang ini, yang merupakan ‘dagangan orang’ sebagai produk budaya. Tidak ada orang tua zaman dulu yang minum teh ditambahkan dengan bola-bola,” terang dr. Tan.
Ia menjelaskan, kandungan zat gizi pada makanan proses berisiko, serta adanya perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses pengolahan tingkat tinggi.
Ia memaparkan, sejumlah masalah pangan ultra proses yang bisa terjadi, di antaranya:
- Pencetus obesitas
- Pencetus gangguan gizi pada tumbuh kembang anak
- Pencetus penyakit tidak menular, contohnya diabetes, hipertensi, dan sindrom metabolik.