
TIKTAK.ID – Anggota Parlemen AS kembali ke gedung Capitol Hill untuk menyelesaikan sertifikasi kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden 3 November lalu, setelah beberapa jam sebelumnya pendukung Trump menyerbu gedung dan membuat kerusuhan hingga menewaskan empat orang.
Para pejabat mengatakan seorang wanita tewas setelah ditembak polisi, sementara tiga lainnya tewas akibat “keadaan darurat medis”.
Dilansir BBC, massa pendukung Trump menyerbu gedung pada Rabu (6/1/21) kemarin malam, dan berupaya untuk membatalkan hasil pemilihan, serta memaksa kongres menskors sidang mereka.
Presiden terpilih AS, Joe Biden mengecam penyerbuan itu dan menyebutnya sebagai “pemberontakan”.
Sementara itu, Presiden Donald Trump yang telah memprovokasi para demonstran untuk berdemonstrasi di Capitol, kemudian meminta mereka untuk “pulang”, sambil terus membuat klaim kecurangan pemilu.
Wakil Presiden AS, Mike Pence yang kembali melanjutkan sidang pada Rabu malam, untuk menghitung dan mengonfirmasi suara elektoral oleh anggota parlemen, mengatakan serangan pendukung Trump itu adalah “hari gelap dalam sejarah Kongres Amerika Serikat”.
Beberapa anggota Partai Republik mengajukan keberatan pada sesi itu, sebagai upaya untuk membalikkan hasil pemilu, namun upaya itu sudah pasti gagal.
Kemarahan pendukung Trump pada Rabu kemarin itu terjadi ketika dua anggota Demokrat memenangkan kursi Senat dalam pemilihan di Georgia, yang mengubah keseimbangan Kongres ke kontrol politik efektif partai mereka, membantu pengesahan agenda Biden setelah ia dilantik pada 20 Januari.
Para pejabat mengatakan tiga kematian lainnya termasuk satu wanita dan dua pria. Rincian lebih lanjut tentang bagaimana mereka meninggal belum dipublikasikan.
Sedangkan, di pihak polisi, Sedikitnya 14 anggotanya terluka selama kerusuhan itu.
Para pengunjuk rasa menaiki tangga Capitol sekitar 14:15 waktu setempat (19:15 GMT), melewati barikade dan petugas dengan perlengkapan anti huru-hara untuk menembus gedung.
Mereka menargetkan sesi gabungan Kongres yang diadakan untuk mengesahkan kemenangan pemilihan Biden pada 3 November.
Invasi itu membuat anggota Kongres berebut untuk berlindung di bawah kursi mereka saat gas air mata ditembakkan.
Kepala Polisi Metropolitan Washington, Robert Contee mengatakan massa yang beberapa di antaranya mengenakan pelindung tubuh, menggunakan bahan kimia yang membuat iritasi untuk menyerang polisi.
Mereka berteriak dan melambaikan bendera pro-Trump dan AS saat mereka menjelajahi aula, menuntut hasil pemilihan presiden dibatalkan.
Beberapa ribu pasukan Garda Nasional, agen FBI, dan Dinas Rahasia AS diturunkan untuk membantu polisi Capitol yang kewalahan.
Polisi dilaporkan menemukan dua bom pipa, satu dari kantor Komite Nasional Demokrat, tidak jauh dari Capitol, dan satu dari markas besar Komite Nasional Republik di dekatnya.
Pendudukan Capitol berlangsung lebih dari tiga jam sebelum gedung itu diamankan oleh penegak hukum.
Sejauh ini, lebih dari 52 orang telah ditangkap, 47 di antaranya karena pelanggaran jam malam.
Biden dari Partai Demokrat, yang mengalahkan presiden Republik dalam pemilihan Gedung Putih November, mengatakan demokrasi “berada di bawah serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
“Menyerbu Capitol, menghancurkan jendela, menduduki kantor di lantai Senat Amerika Serikat, mengobrak-abrik meja di Dewan Perwakilan Rakyat, mengancam keselamatan pejabat yang terpilih. Ini bukan protes; melainkan pemberontakan.”
Sementara itu, Trump menanggapi tindakan tersebut dalam rekaman video di Twitter, mengulangi klaim kecurangan pemilu yang belum terbukti.
“Aku tahu rasa sakit kalian. Aku tahu kalian semua terluka,” katanya.
“Kami mengadakan pemilu yang dicuri dari kami. Itu adalah pemilu yang bobrok, dan semua orang mengetahuinya, terutama pihak lain.
“Tapi kamu harus pulang sekarang. Kita harus damai.”