TIKTAK.ID – Kepala Bagian Publikasi dan Pemberitaan Kementerian Sosial (Kemensos), Herman Koswara, buka suara terkait pertanyaan sejumlah pihak mengenai keberadaan tunawisma di kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat.
Menurut Herman, dua orang tunawisma yang ditemukan Mensos Tri Rismaharini di Thamrin saat ini sedang menjalani latihan keterampilan kerja di Balai Rehabilitas Sosial eks Gelandangan dan Pengemis (BRSEG) Pangudi Luhur, Bekasi.
“Iya mereka ada di Balai. Kalau mau lihat di Balai, silakan datang ke Pangudi Luhur di Bekasi,” ujar Herman, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Kamis (7/1/21).
Baca juga : PPATK Tutup 68 Rekening FPI dan Afiliasinya
Herman menyebut dua orang yang ditemui Risma di Thamrin sebagai Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Ia menjelaskan, yang termasuk dalam kelompok PPKS ini yakni pengemis, pemulung, anak jalanan, dan orang yang tidak mampu menafkahi hidupnya.
“Mereka itu PPKS. Yang satu namanya Pak Faisal, dan satu lagi Pak Kastubi. Kalau Pak Faisal bukan warga DKI Jakarta, kalau Pak Kastubi lupa orang mana,” imbuh Herman.
Herman pun menanggapi pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Riza Patria yang mengaku baru mengetahui ada tunawisma di Sudirman-Thamrin. Herman menyatakan bahwa temuan Kemensos di Thamrin secara faktual memang masih mendapati beberapa orang tunawisma.
Baca juga : Rizieq Berencana Hadirkan Rhoma Irama Jadi Saksi Ahli Praperadilan
“Kita mendapati temuannya seperti itu, dan memang faktanya seperti itu,” tegasnya.
Sebelumnya, dalam blusukan Risma pada Senin (4/1/21) lalu, ia bertemu dengan tiga orang tunawisma. Ketiga tunawisma itu bernama Faisal, Kastubi, dan Fitri.
Melalui keterangan resminya, hanya Faisal dan Kastubi yang kooperatif mengikuti imbauan Risma untuk dibawa ke BRSEG Pangudi Luhur Bekasi. Sedangkan Fitri dikabarkan kabur ketika hendak dijemput oleh tim Kemensos dan dibawa ke Pangudi Luhur.
Baca juga : Heran Risma Bisa Ketemu Pengemis di Sudirman-Thamrin, Anies ke Kadinsos DKI: Cek Identitas Orangnya!
Perlu diketahui, di media sosial, aksi blusukan Risma menuai polemik karena muncul dugaan adanya pengaturan atau setting-an sebelum dilakukan. Publik pun memberi beragam komentar, termasuk kritikan pedas untuk Risma.
Bahkan hingga Kamis (7/1/21), nama Risma masih bertengger dengan lebih dari 5.000 orang membuat twit dengan tagar #RismaRatuDrama. Sejumlah warganet menganggap aksi blusukan Risma merupakan pencitraan yang tidak diperlukan dan tidak tepat sasaran. Mereka juga mendesak Risma dapat melakukan hal yang lebih signifikan dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat Indonesia, dan bukan hanya fokus beraksi “mengobok-obok” Jakarta.