TIKTAK.ID – Sedikitnya 55 kendaraan termasuk tanker bermuatan minyak dan kendaraan pengawal telah keluar dari Suriah ke Irak melalui penyeberangan perbatasan al-Waleed selama 24 jam terakhir, Kantor Berita Arab Suriah melaporkan.
Pada Jumat (13/8/21), sumber-sumber lokal di pedesaan di luar kota al-Yarubiyah, provinsi al-Hasakah mengatakan bahwa konvoi 25 kendaraan, termasuk tanker, truk tertutup dan lemari es dikirim ke timur menuju perbatasan, seperti yang dilaporkan Sputniknews.
Sebelum itu, sumber juga melaporkan bahwa 30 kendaraan, termasuk tanker, truk dan kendaraan lapis baja, juga menuju pos pemeriksaan al-Waleed.
Pemerintah Suriah menyatakan penyeberangan al-Waleed adalah ilegal, karena tidak menguasai pos pemeriksaan perbatasan di darat di tempat itu.
Peristiwa Jumat itu hanyalah contoh terbaru dari penyelundupan minyak Suriah secara ilegal oleh AS dan sekutu Kurdi yang dilaporkan oleh media Suriah.
Selasa lalu, SANA mengatakan bahwa konvoi 80 kendaraan dari wilayah al-Jazeera telah dibawa ke luar negeri, sekali lagi menggunakan penyeberangan al-Waleed. Sebelum itu, 25 kapal pengangkut minyak lainnya terlihat melaju melalui perbatasan yang melintasi Irak itu.
Media Suriah secara konsisten melaporkan kegiatan penyelundupan AS, yang selain minyak kadang-kadang juga pencurian pasokan makanan.
Suriah Timur adalah rumah bagi sebagian besar kekayaan minyak dan gas negara itu, dan berfungsi sebagai lumbung rotinya, dan pasukan AS beserta sekutu mereka telah mengeksploitasi wilayah itu sebanyak-banyaknya dan menghalangi pengembaliannya ke Pemerintah Damaskus selama lebih dari empat tahun.
Wilayah-wilayah ini dirampok, kehilangan energi dan swasembada pangan yang dinikmatinya sebelum terjadinya pemberontakan yang didukung asing pada 2011. Kini Suriah bergantung pada Iran dan Rusia untuk mendapatkan bantuan bahan bakar dan makanan dalam beberapa tahun terakhir karena sedang membangun kembali negerinya usai perang.
Kehadiran AS di Suriah timur tidak memiliki dasar hukum internasional, tetapi Pemerintahan Biden tidak memiliki niat untuk menghapus “jejak”-nya dari negara itu, menurut pejabat senior Pemerintah yang berbicara kepada Politico akhir bulan lalu.
Damaskus telah berulang kali menuntut agar semua pasukan asing yang tidak secara eksplisit diundang ke negara itu oleh Pemerintah yang sah, termasuk AS dan Turki, ditambah pasukan Israel yang menduduki wilayah Golan di Suriah, untuk segera angkat kaki dari daerah yang mereka duduki.
AS diperkirakan memiliki sekitar 900 tentara, termasuk pasukan khusus Baret Hijau, di Suriah saat ini.
Tidak seperti pendahulunya Donald Trump, yang secara terbuka membual tentang “mengambil” dan “menyimpan” minyak Suriah, Presiden Joe Biden telah membingkai pendudukan bagian timur negara itu sebagai persoalan “memerangi terorisme”. Namun, Suriah dan sekutunya secara teratur menuduh AS bertindak dan berkoordinasi dengan para teroris selama bertahun-tahun sebagai sarana untuk membenarkan pendudukan mereka yang terus berlanjut.
Awal musim panas ini, selama kunjungan ke kawasan industri di luar Damaskus, Presiden Suriah Bashar Assad meyakinkan rekan-rekannya bahwa Suriah pada akhirnya akan mengatasi semua kesulitan yang dihadapinya dan memulihkan kembali basis industrinya, terlepas dari kesulitan saat ini yang disebabkan, antara lain, oleh sanksi dari Barat.