
TIKTAK.ID – Istilah “gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak”, dapat menggambarkan fenomena baru dari “harta karun” yang ada di lokasi bencana Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Ternyata Indonesia punya “harta karun” sumber daya alam lithium (Li) dan Stronsium (Sr) yang begitu dekat. Sumber daya alam tersebut pun bisa mendukung langkah Pemerintah dalam menggenjot pengembangan baterai untuk keperluan kendaraan listrik di Tanah Air.
Bila indikasi adanya “harta karun” Lithium dan Stronsium itu memang benar-benar ada, maka Indonesia bakal bisa mandiri dalam pengembangan baterai kendaraan listrik. Apalagi dengan adanya potensi nikel, cobalt, dan mangan yang dimiliki Indonesia untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik tersebut.
Baca juga : Soal 600 Akun Medsos Terindikasi Radikal Temuan BNPT, Ada yang Terkait Pendanaan Terorisme
Koordinator Mineral Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Moehammad Awaluddin menjelaskan, berdasarkan penyelidikan umum di Lumpur Lapindo, Sidoarjo ditemukan adanya mineral kritis dengan kadar yang cukup tinggi, yakni Lithium dan Stronsium. Awaluddin mengatakan untuk mineral logam tanah jarang (LTJ), indikasi temuannya cukup rendah.
“Yang cukup tinggi dan coba sedang ditindak lanjuti yaitu Lihtium dan Stronsium,” ungkap Awaluddin, seperti dilansir CNBC Indonesia, Selasa (25/1/22).
Menurut Awaluddin, indikasi temuan Lithium itu dapat menjadi bagian dari bahan baku baterai kendaraan listrik. Awaluddin menilai hal itu juga bisa mendukung program kendaraan listrik nasional, sedangkan Stronsium dapat digunakan untuk bahan baku kebutuhan elektronik.
Baca juga : Erick Thohir-Prabowo Siapkan Roadmap Industri Pertahanan RI Hingga 20 Tahun ke Depan
“Tapi ini baru penyelidikan umum dan tindak lanjut dari Puslitbang Tekmira pada saat itu. Pasti dari kegiatan pengeboran masih jauh dan bornya juga masih bor tangan 5 meter,” terang Awaluddin.
Awaluddin menyatakan munculnya indikasi temuan Lithium dan Stronsium tersebut membuat pihaknya kini tengah fokus kepada uji ekstraksi. Dia menerangkan, pada 2021 Puslitbang Tekmira pun telah menindaklanjuti hal itu dan fokus ke logam Lithium. Sebab, kata Awaluddin, metode esktraksi tersebut bisa dikenal saat ini dan skala lab dengan recovery yang cukup.
“Jadi, memang kita di 2020 ini tujuan penyelidikan tidak fokus ke salah satu logam, melainkan logam yang bernilai ekonomi, kita lakukan uji. Hasilnya mengerucut Lithium dan Stronsium yang cukup strategis untuk kegiatan memenuhi bahan baku materalistik tadi,” jelas Awaluddin.