TIKTAK.ID – Taliban memperingatkan bahwa Amerika Serikat akan menghadapi “konsekuensi” jika drone-nya terus beroperasi secara ilegal di wilayah udara Afghanistan.
Sebelumnya pada bulan lalu, serangan pesawat tak berawak AS menewaskan sepuluh warga sipil, termasuk tujuh anak dan seorang pekerja kemanusiaan. Washington mengaku menargetkan kelompok ISIS-K, namun malah membunuh warga sipil.
Washington juga menyatakan memiliki hak untuk melanjutkan serangan tak berawak terhadap tersangka teroris di seluruh Afghanistan.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (28/9/21), Taliban menegaskan tanggung jawabnya atas wilayah negara itu, termasuk wilayah udaranya, dan mengingat kewajiban Washington berdasarkan perjanjian perdamaian Doha Februari 2020.
“Amerika Serikat baru-baru ini melanggar semua hukum internasional dan komitmennya terhadap Imarah Islam di Doha, Qatar, dan wilayah udara suci Afghanistan diduduki oleh pesawat tak berawak AS. Pelanggaran ini harus diperbaiki dan dicegah,” tegas Taliban, seperti yang dilansir Sputniknews.
“Kami akan meminta semua negara, terutama Amerika Serikat, untuk mematuhi komitmen dan hukum internasional mereka untuk mencegah konsekuensi negatif,” kata Taliban.
Kelompok itu tidak merinci seperti apa “konsekuensi” yang akan diberikan.
Setelah mengambil alih Afghanistan bulan lalu, Taliban merebut gudang senjata yang sebagian besar buatan AS senilai puluhan miliar dolar, termasuk senjata kecil dan senjata ringan, peluncur granat, kendaraan tahan ranjau, ribuan Humvee, artileri bergerak, kendaraan dan howitzer, buldoser, serta ekskavator.
Terlebih lagi, mereka sekarang memiliki sejumlah pesawat kecil, yang sebagian besar adalah helikopter yang sebagiannya sudah dibongkar, tetapi juga drone, helikopter serang pramuka, dan UH-60 Black Hawks.
Negara-negara di kawasan itu telah menyatakan keprihatinan atas nasib persenjataan ini, dengan Moskow menyatakan harapannya pada bulan lalu bahwa senjata itu tidak akan digunakan dalam kondisi yang berpotensi terjadinya perang saudara. Ada juga yang memperingatkan bahwa sebagian dari hasil penjarahan itu mungkin berakhir di pasar senjata internasional, atau di tangan kelompok teroris seperti ISIS dan al-Qaeda.
Amerika Serikat memberi pasukan keamanan Afghanistan senjata seharga sekitar 28 miliar dolar antara tahun 2002 dan 2017, dengan hampir semua peralatan ini, selain yang telah dihancurkan, jatuh ke tangan Taliban.