Tak Yakin Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran, Pengamat: Kecuali Ada Cara-cara Tak Demokratis
TIKTAK.ID – Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies, Nyarwi Ahmad mengaku skeptis Prabowo-Gibran bisa menang satu putaran. Nyarwi menyampaikan hal itu untuk merespons hasil survei Lembaga Survei Nasional atau LSN yang menyebut Prabowo-Gibran unggul di atas Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin.
LSN menyebut elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 42,1 persen, disusul Ganjar-Mahfud MD 28,8 persen, dan Anies-Cak Imin 25,2 persen. Sedangkan undecided voter atau pemilih yang belum menentukan pilihan sebesar 3,9 persen.
Data tersebut diperoleh lewat teknik pengambilan sampel secara acak bertingkat selama periode 5-12 November 2023 di 38 provinsi dengan total sebanyak 1.420 responden. Margin of error +/- 2,6 persen dan dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Baca juga : Cak Imin Ungkap Dirinya Dijanjikan Jadi Menhan Sebelum Prabowo Dukung Jokowi
Menurut Nyarwi, bila dijumlahkan dengan angka margin of error dan undecided voter, maka elektabilitas Prabowo-Gibran belum mencapai 50 persen.
“Untuk satu putaran 50 plus 1,” jelas Nyarwi, pada Minggu (26/11/23), seperti dilansir Tempo.co.
Nyarwi menjelaskan bahwa hingga kini sangat sulit untuk memenangkan Pilpres satu putaran dalam kondisi normal.
“Kondisi normal maksud saya, itu sangat sulit untuk satu putaran. Kecuali kalau ada skenario-skenario yang tidak demokratis,” imbuh Nyarwi.
Baca juga : Panitia Sayangkan Absennya Prabowo dan Ganjar di Acara Dialog WALHI
Kemudian Nyarwi mencontohkan, skenario-skenario yang tidak demokratis itu yakni mobilisasi aparat serta menakuti dan mengintimidasi kepala desa.
“Atau apa pun lah. Kecuali dengan cara-cara itu, lalu terjadi peningkatan suara yang luar biasa di banyak tempat,” jelas Nyarwi.
Nyarwi menilai skenario-skenario tidak demokratis yang memungkinkan Pilpres dimenangkan dalam satu putaran bisa saja terjadi.
Baca juga : Soal Kandidat KSAD Baru, Jokowi Sebut Peluang Menantu Luhut
“Bukan kecurangan dalam penghitungan atau pencoblosan, tapi kondisi-kondisi yang memungkinkan proses itu sebenarnya tidak demokratis,” tutur Nyarwi.
Nyarwi pun menganggap skenario tidak demokratis dapat terjadi melalui mobilisasi dukungan dana kampanye yang tidak demokratis.
“Namun kalau misalnya itu terjadi, berarti kualitas demokrasi kita yang luar biasa jeblok dan legitimasi siapa pun yang menang juga diragukan,” tegas Nyarwi.
Baca juga : Mahfud MD Hadiri Deklarasi Dukungan Kelompok Tionghoa di Kalbar untuk Ganjar-Mahfud
Sementara itu, Calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengaku waktu pertarungan Pilpres 2024 pendek sekali. Meski begitu, Wali Kota Solo itu tetap optimis dirinya bersama Prabowo Subianto mampu menang dalam satu putaran.