
TIKTAK.ID – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengungkapkan pihaknya tak setuju dengan konsep tatanan hidup baru atau new normal di tengah pandemi virus Corona yang digaungkan Pemerintah belakangan ini.
Sebab, Mu’ti menilai konsep new normal akan menjadi problematik bila tak memiliki ukuran yang jelas terkait derajat “normalitas” di tengah pandemi Corona saat ini.
“New normal itu ada dimensi moral dan dimensi ideologinya, sehingga ukuran normal itu apa? Itu harus jelas, dan itu problematik. Bahkan kalau saya kaitkan dengan teori neurosains, ada otak normal dan otak sehat, nah ini ada sesuatu yang debatable,” ujar Mu’ti dalam Webinar yang bertajuk “Tata Hidup Baru Perspektif Agama-agama”, seperti dilansir CNN Indonesia, Senin (8/6/20).
Baca juga : Elektabilitas Ganjar dan Ridwan Kamil Naik di Tengah Pandemi, Bagaimana dengan Prabowo dan Anies?
Oleh karena itu, Mu’ti menawarkan konsep new reality untuk menggambarkan fase reaktivasi kegiatan masyarakat di tengah pandemi virus Corona di Indonesia. Ia mengatakan konsep itu lebih bersifat netral dan lebih mudah dalam menjelaskannya kepada publik.
“New reality ini sebagai sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Memang kita harus menentukan sikap terhadap realitas, dan harus menghadapi dengan segala yang kita miliki,” terangnya.
Namun Mu’ti tetap meminta agar seluruh pihak tak perlu terjebak terkait konsep new normal atau new reality tersebut. Ia menyatakan hal paling penting adalah semua pihak bisa bekerjasama mencari solusi untuk membantu masyarakat Indonesia yang banyak terdampak Corona belakangan ini.
Baca juga : (Cek Hoaks atau Fakta) Akun FB Anggota TNI AD Hina Jokowi
“Bagaimana yang kehilangan pekerjaan itu harus tetap diupayakan untuk kembali bekerja. Bagaimana situasi anak-anak yang tidak bisa sekolah harus tetap bisa belajar dengan sebaik-baiknya,” tuturnya.
Halaman selanjutnya…