
TIKTAK.ID – Munculnya berbagai aksi kekacauan dan ancaman keamanan di Tanah Air akhir-akhir ini, khususnya menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden RI, direspons TNI/Polri dengan memperketat pengamanan.
Masih segar dalam ingatan kita mulai dari demontrasi di depan gedung Bawaslu, demo dan kerusuhan di beberapa titik terkait Papua, aksi ricuh mahasiswa dan pelajar di seputaran gedung DPR/MPR, dan yang paling baru peristiwa penusukan Menkopolhukam Wiranto di Pandeglang. Untuk itu, TNI/Polri siap menerjunkan 31.000 personil, meningkat jauh jumlahnya ketimbang pelantikan serupa lima tahun lalu yang hanya mengerahkan 24.000 personil.
Tampak beberapa kendaraan tempur semacam Barracuda, Panser Anoa, truk pengangkut pasukan, helikopter, Water Canon serta puluhan Motor Trail telah disiagakan di kompleks DPR/MPR, tempat berlangsungnya acara pelantikan. Bukti aparat keamanan benar-benar tak mau mengambil risiko kecolongan. Bahkan area atau kawasan yang “diamankan” pun diperluas. Bukan hanya jalan di sekitar gedung DPR/MPR saja yang ditutup. Beberapa ruas jalan seperti jalan Tentara Pelajar, jalan Gerbang Pemuda dan jalan Gatot Subroto ditutup satu jalur sejak Jumat (18/10/19).
Beberapa mall dan pusat keramaian lainnya juga menjadi objek pengamanan. Misalnya di ITC Glodok, terlihat di halaman pusat perbelanjaan itu diparkir Panser TNI bersebelahan dengan posko keamanan berisi belasan personil militer.
Tak hanya di darat, langit Jakarta khususnya kawasan parlemen hingga istana telah disterilkan dari penerbangan sejak 17 Oktober. Dirjen Perhubungan Udara Polana B. Pramesti mengatakan, seluruh penerbangan dilarang melintasi kawasan tersebut mulai 17 hingga 21 Oktober.
Pantauan TikTak dari catatan Kumparan, Jammer Drone pertahanan udara dan isntalasi rudal SAM QW-3 serta radar Smart Hunter telah diaktifkan oleh TNI AU untuk mensterilkan langit Jakarta. Piranti ini mampu memayungi langit Jakarta dari kemungkinan gangguan udara hingga radius 15 kilometer dengan ketinggian 9.000 meter, serta mampu membidik target hingga ketinggian 10.000 meter dengan jangkauan 30 kilometer.
Pelantikan yang sedianya akan dihadiri beberapa kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara sahabat memang harus benar-benar aman.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan bahwa upaya pengamanan itu dilakukan sebagai wujud diskresi Polri dalam menjaga harkat martabat bangsa. Lebih lanjut Tito mengatakan, pihaknya tidak mau bangsa Indonesia dicap “buruk”. Pelantikan yang sukses dan aman, akan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, tertib dan damai.