TIKTAK.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan bahwa tidak ada tiga periode jabatan Presiden Republik Indonesia. Jokowi juga menolak analisa-analisa mengenai dirinya akan maju 3 periode.
“Mau berapa kali saya bilang? Saya pernah ngomong apa? (Tidak sesuai UU). Apa lagi? (menampar muka sendiri), yang muda-muda dan pintar-pintar kan banyak, sedangkan saya ini sudah jadul dan usang,” ujar Jokowi dalam pertemuan dengan pimpinan media di Istana Merdeka, Senin (7/6/21), seperti dilansir Liputan6.com.
Merespons hasil survei kinerja Jokowi yang selalu nomor satu sehingga muncul analisa dirinya akan maju lagi 3 periode, Jokowi menegaskan bahwa hal itu bukan berarti dia akan maju lagi.
“Harus bagaimana lagi ngomongnya, maunya ini saya ngomongnya gimana lagi,” ucap Jokowi sambil geleng-geleng kepala.
Sebelumnya, berdasarkan Survei Parameter Politik Indonesia yang diumumkan pada Sabtu 5 Juni 2021, terdapat 45,3 persen peserta survei yang menolak Presiden menjabat tiga periode. Kemudian sebanyak 50,6 persen peserta survei juga menolak dilakukan perubahan konstitusi agar Presiden dapat menjabat 3 kali.
Survei tersebut dilakukan terhadap 1.200 responden melalui telepolling pada 23-28 Mei 2021 dengan margin of error plus/minus 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Diketahui ada sejumlah hal yang menjadi penyebab penolakan Jokowi tiga periode. Salah satu penyebabnya yakni tidak sesuai dengan konstitusi atau Undang-Undang Dasar 1945 dengan suara 7,6 persen.
“Publik merasa terlalu mahal jika melakukan amendemen UUD 1945 untuk membuat tiga periode,” terang Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno pada Sabtu (5/6/21), mengutip CNNIndonesia.com.
Sementara itu, dalam keterangan Senin (7/6/21), Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ikut buka suara terkait munculnya isu presiden tiga periode. AHY mengingatkan akan peristiwa 1998 silam.
“Kalau tiga periode tidak pernah puas, setelah itu 4 periode. Setelah itu dibuka kerannya, setelah itu ujungnya seumur hidup, dengan alasan kita kan masih hebat, masih kuat, dan masih diperlukan. Kalau seperti itu, rasa-rasanya darah, keringat, air mata para Reformis, serta para pejuang Reformasi itu seperti tidak ada harganya,” tegas AHY, Senin (7/6/21).