TIKTAK.ID – Anda perlu waspada jika kerap tertidur tanpa alasan, bahkan dalam waktu yang lama sekalipun. Sebab, kondisi tersebut dikenal dengan istilah Klein-Levine Syndrome (KLS) atau yang biasa disebut “sleeping beauty syndrome”.
Sleeping beauty syndrome merupakan gangguan langka yang menyebabkan rasa kantuk berulang. Bahkan dalam beberapa kasus, seseorang dengan sleeping beauty syndrome, dapat menghabiskan waktu selama 20 jam per hari untuk tertidur. Oleh sebab itu, gangguan ini disebut “sindrom putri tidur” yang merujuk pada sebuah kisah dongeng.
Diketahui gangguan ini dapat terjadi pada siapa saja, namun umumnya lebih banyak dialami oleh remaja laki-laki. Dikutip CNNIndonesia.com dari Healthline, sekitar 70 persen orang pengidap sleeping beauty syndrome merupakan laki-laki.
Gejala paling umum orang yang mengalami sleeping beauty syndrome yakni rasa kantuk yang ekstrem. Mereka memiliki keinginan kuat untuk tidur kapan pun, dan kesulitan terbangun di pagi hari. Mereka bisa saja hanya bangun untuk pergi ke kamar mandi atau makan, kemudian kembali tidur.
Selain itu, sleeping beauty syndrome juga dapat memicu gejala lain. Di antaranya halusinasi, disorientasi, lekas marah, perilaku kekanak-kanakan, nafsu makan meningkat, serta dorongan seks berlebih.
Sejumlah gejala tersebut dapat terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke bagian otak selama episode sleeping beauty syndrome muncul.
Meski begitu, belum diketahui pasti apa penyebab sleeping beauty syndrome. Beberapa ahli percaya ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko sleeping beauty syndrome.
Salah satunya, para ahli menduga sleeping beauty syndrome timbul karena cedera di bagian hipotalamus, bagian otak yang mengontrol tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh.
Kemudian beberapa orang juga dilaporkan mengembangkan sleeping beauty syndrome setelah terinfeksi virus seperti flu. Oleh karena itu, para ilmuwan pun percaya bahwa sleeping beauty syndrome mungkin merupakan jenis gangguan autoimun.
Tidak hanya itu, beberapa kasus sleeping beauty syndrome juga disebut bisa bersifat genetik. Pasalnya, ditemukan beberapa kasus, sleeping beauty syndrome dialami oleh lebih dari satu orang anggota dalam keluarga.