TIKTAK.ID – Di tengah serbuan tuduhan Barat bahwa Rusia akan menginvasi Ukraina yang berulang kali dibantah Kremlin, AS kini melempar tuduhan baru. Tuduhan itu dimuat dalam surat dari Duta Besar AS untuk PBB yang ditujukan kepada Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Michelle Bachelet yang isinya menuduh Kremlin telah menyusun daftar orang-orang Ukraina yang akan dibunuh atau dikirim ke kamp ketika invasi terjadi.
Tuduhan AS itu pun dibantah mentah-mentah oleh Jubir Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (21/2/22).
“Itu bohong. Ini mutlak fiksi, tidak ada daftar seperti itu, itu palsu,” kata Peskov kepada wartawan, seperti yang dilaporkan Sputnik.
Juru bicara Kremlin mengacu pada surat tak bertanggal yang dikirim oleh Duta Besar AS untuk PBB dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa, Bathsheba Nell Crocker kepada Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet, dan pertama kali dilaporkan oleh Washington Post.
Dalam surat itu, pejabat AS itu memasukkan retorika “ancaman Rusia”, dengan mengatakan: “Kami sangat prihatin tentang pelanggaran hak asasi manusia yang terus berlanjut oleh Rusia di bagian Ukraina yang sudah didudukinya dan memiliki banyak alasan untuk percaya bahwa kekhawatiran itu akan berlipat ganda setelah serangan militer baru terjadi.”
Pada titik ini, pejabat AS kemungkinan besar mengacu pada Krimea, yang menjadi bagian dari Rusia setelah melalui referendum yang diadakan pada Maret 2014 yang hampir 96 persen warga Krimea memilih untuk bergabung kembali dengan negara itu.
Kiev, bagaimanapun, mengklaim bahwa Krimea adalah wilayah Ukraina yang diduduki oleh Rusia. Sikap ini kemudian digaungkan oleh AS dan banyak negara Barat. Sedangkan Moskow telah berulang kali menyatakan bahwa keputusan yang dibuat oleh rakyat Krimea dilakukan dengan sepenuhnya mematuhi hukum internasional dan Piagam PBB.
Crocker, yang menulis bahwa pasukan Rusia telah menggunakan taktik seperti “daftar pembunuhan, penculikan, penahanan ilegal, dan penyiksaan” selama operasi sebelumnya, melanjutkan: “Secara khusus, kami memiliki informasi yang kredibel yang menunjukkan pasukan Rusia membuat daftar orang Ukraina yang diidentifikasi untuk dibunuh atau dikirim ke kamp-kamp setelah pendudukan militer. Kami juga memiliki informasi yang dapat dipercaya bahwa pasukan Rusia kemungkinan akan menggunakan tindakan mematikan untuk membubarkan protes damai atau melawan aksi damai, dan perlawanan dari penduduk sipil.”
Menurut Crocker, pasukan Rusia kemungkinan akan menargetkan mereka yang menentang tindakan Kremlin, termasuk “para pembangkang Rusia dan Belarusia di pengasingan di Ukraina, jurnalis dan aktivis anti-korupsi, dan populasi rentan seperti agama dan etnis minoritas dan orang-orang LGBTQ.”
Laporan itu muncul ketika upaya diplomasi sedang dilakukan untuk meredakan situasi keamanan yang bergejolak di Republik Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) Ukraina yang memisahkan diri. Pengamat OSCE telah melaporkan ratusan pelanggaran gencatan senjata Minsk di bagian kedua minggu lalu, dengan pasukan Kiev mengintensifkan penembakan mereka ke wilayah Donbass. Sebagai tanggapan, otoritas Donbass memulai evakuasi penduduk sipil mereka ke Rusia pada 18 Februari.