TIKTAK.ID – Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah menyoroti pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP. Fahri mengatakan dalam sistem presidensial, tak dikenal adanya pembentukan koalisi.
“Masalahnya begini, di Indonesia tidak ada aturan soal koalisi, karena kita sistemnya presidensialisme. Dalam sistem itu tidak ada koalisi, itu yang perlu disadari dulu. Ini bukan parlementer. Kalau parlementer ada koalisi, dan pembentukan koalisi itu identik dengan pembentukan the ruling majority dalam parlementer,” terang Fahri kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, seperti dilansir Sindonews.com, Rabu (8/6/22).
Kemudian Fahri menyebut dalam sistem presidensial tidak ada koalisi. Dia menjelaskan, dalam sistem ini rakyat memilih presiden atau dengan kata lain presiden berkoalisi dengan rakyat. Sedangkan DPR sendiri dipilih oleh rakyat sebagai pengawas dan oposisi terhadap eksekutif, dan tidak ada koalisi.
Baca juga : Pengamat Soroti Dampak Buruk Hubungan Tak Harmonis Jokowi-Megawati ke Pilpres 2024
Selain itu, kata Fahri, sebenarnya parpol itu tidak boleh berkoalisi di dalam sistem presidensial, karena hal itu berarti persekongkolan. Fahri menjelaskan, rakyat memilih anggota DPR itu harus menjadi oposisi, tidak boleh anggota DPR mendukung Pemerintah, lantaran bunyi konstitusi yakni Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) demikian.
“Jadi saya kira elite kita ada semacam kekurangan memahami sistem kita, kalau tidak ada yang namanya koalisi di dalam sistem presidensial ini. Coba cek saja di seluruh dunia, tidak ada, koalisi itu terminologi dalam parlementer, bingung saya,” tutur Fahri.
Lebih lanjut, mantan Wakil Ketua DPR ini turut mengkritik pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu, yang satu mengatakan bahwa KIB ini jangan dulu berbicara soal figur calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres), karena perlu lebih dulu membahas soal parpol. Namun ada satu parpol dalam KIB yang sudah menetapkan ketua umumnya (Ketum) sebagai Capres. Fahri pun menilai koalisi itu ibarat berkumpul tanpa akal.
Baca juga : SBY Ikut Hadiri Pertemuan dengan Surya Paloh, Pengamat: Demokrat Serius
“Lah kacau, karena memang enggak ada sistemnya. Itu yang saya bilang kadang elite itu ngumpul-ngumpul enggak pake akal, enggak pake konsep, cuma kaya orang ngumpul-ngumpul di pos ronda. Kan enggak boleh seperti itu,” ucapnya.