
TIKTAK.ID – Komika Sakdiyah Ma’ruf kerap membawakan materi-materi berbobot dalam setiap penampilannya. Sakdiyah sering menyindir sejumlah isu sosial, termasuk soal kesetaraan gender yang dinilainya masih perlu banyak perbaikan di berbagai aspek.
Saat menjadi bintang tamu dalam diskusi virtual bertajuk “Accelerating Social Inclusion Through Women Empowerment” yang diselenggarakan Beritasatu Media Holdings bersama Citi Indonesia pada Rabu (6/4/22), jebolan kontestan SUCI 1 ini kembali menyuarakan isu kesetaraan gender.
“Perempuan dari dulu mulai yang pakai tanktop hingga cadar, semua pernah mengalami pelecehan, minimal sex booster di berbagai kantor. Ada juga kasus yang menjadi tantangan kita bersama di beberapa kota, seperti kekerasan seksual yang mana solusinya dinikahkan dengan pelaku,” ujar perempuan yang akrab disapa Diyah ini, seperti dilansir Kapanlagi.com.
“Menurut saya ini seperti kolesterol super tinggi yang diinfus dengan minyak jelantah bekas gorengan, karena hal itu bukan solusi. Ada pula kasus pekerja seni, sudah mengisi lengkap semua biodata, lalu di akhir ada pertanyaan ‘apa Anda punya pekerjaan lain?’ Maksudnya bagaimana?” imbuh Diyah.
Tidak hanya itu, Diyah menyoroti diskriminasi dalam lowongan pekerjaan. Dia mengatakan sering sekali ditemui pemberi pekerjaan menyantumkan “berpenampilan menarik” sebagai kualifikasi.
“Masalahnya, jika ada kata berpenampilan menarik di kepala perempuan yang sudah dicuci otak oleh sebuah media. Bahwa yang namanya cantik itu tinggi, putih, dan langsing. Hal itu bisa membuat perempuan tertekan karena standar tersebut,” tutur Diyah.
Kemudian komika yang sempat tampil dalam acara TEDx ini mengakui menjadi wanita memiliki tanggung jawab yang besar, tak peduli apa pun profesinya. Untuk itu, ia berharap ada semakin banyak orang yang sadar dengan isu ini, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi wanita.
“Perempuan itu harus didukung. Keluarga dukung perempuan, tempat kerja dukung perempuan, semuanya harus mendukung,” ucap DIyah.
“Yang paling penting itu potensi dan percaya diri, cantik dalam setiap kesempatan dan masyarakat juga harus menghargai semua manusia, dalam hal ini perempuan. Perempuan berhak untuk maju memaksimalkan potensinya, namun ruang aman dan kesempatan juga harus diberikan,” lanjutnya.