
TIKTAK.ID – Terdakwa mantan pemimpin Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab menyampaikan alasan dirinya sempat “hijrah” ke Kota Mekkah, Arab Saudi. Ia mengaku hal itu akibat eskalasi politik di Indonesia makin memanas, imbas kekalahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.
Rizieq mengklaim menghindari terjadinya konflik horizontal. Ia menyatakan hal itu ketika membacakan nota pembelaan atau pledoi di kasus kerumunan massa di Petamburan, Jakarta Pusat yang menjerat dirinya di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Kamis (20/5/21).
“Eskalasi politik saat itu semakin memanas dan masyarakat di akar rumput pun semakin terbelah, sehingga di mana-mana rawan bentrok antarpendukung. Untuk itu, saya dan keluarga memilih jalan untuk sementara waktu hijrah ke Kota Suci Mekkah,” ujar Rizieq, seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Kemudian Rizieq mengatakan hijrah ke Mekkah untuk menghindari potensi konflik horizontal di Indonesia. Ia menyebut potensi itu bisa mengantarkan pada kerusuhan dan pertumpahan darah.
Oleh sebab itu, Rizieq memutuskan mengambil visa izin tinggal selama setahun di Kota Mekkah. Ia berharap setelah setahun, semua dapat normal dan tenang kembali di Indonesia.
“Saya dan keluarga memilih jalan untuk sementara waktu hijrah ke Kota Suci Mekkah, demi menghindarkan konflik horizontal yang bisa mengantarkan kepada kerusuhan dan pertumpahan darah,” ucapnya.
Akan tetapi, kata Rizieq, perkiraannya meleset. Menurutnya, usai hijrah ke Mekkah, rekan-rekannya di Indonesia terus diteror dan diintimidasi, hingga dikriminalisasi.
“Bahkan telah terjadi upaya percobaan pembunuhan terhadap Saksi Ahli IT yang membela saya dengan ditusuk-tusuk di jalan tol di hadapan isterinya. Belum lagi terjadi sabotase dalam Acara Reuni 212 pada 2019 dengan peledakan BOM PIPA di lokasi Acara di Monas,” terang Rizieq.
Selain itu, Rizieq juga mengaku kerap diteror dan diintimidasi saat di Kota Mekkah. Ia menuding ada operasi intelijen hitam yang menyampaikan info fitnah kepada Pemerintah Saudi.
Ia menilai hal itu yang membuatnya diinterogasi oleh Kantor Penyidik Intelijen Arab Saudi. Ia juga menganggap larangan dirinya meninggalkan Saudi dengan alasan dicekal atas perintah Kantor Penyidik Intelijen Saudi, berdasarkan permintaan Pemerintah Indonesia.