
TIKTAK.ID – Ribuan orang berunjuk rasa di seluruh Prancis untuk mengecam apa yang mereka sebut sebagai campur tangan Pemerintah ke dalam kehidupan pribadi mereka. Protes itu sebagai tanggapan atas peluncuran sertifikat Covid-19 dan rencana diwajibkannya vaksinasi di negara itu.
Demonstrasi berlangsung di kota-kota besar Prancis pada Sabtu (16/7/21), dengan total 137 titik demonstrasi dilaporkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Pawai terbesar juga terjadi di Paris yang menarik sekitar 18.000 orang.
Para aktivis meneriakkan “Kebebasan!” dan membawa spanduk yang memprotes kebijakan Presiden Emmanuel Macron dan menuntut pengunduran dirinya, seperti yang dilaporkan RTnews.
Ledakan kemarahan publik terjadi sebagai tanggapan atas langkah-langkah yang diambil Pemerintah Macron untuk mengendalikan epidemi Covid-19. Pada Senin lalu, diumumkan bahwa petugas kesehatan harus divaksinasi pada pertengahan September atau kehilangan pekerjaannya.
Pada Agustus nanti, Prancis juga akan membuat paspor Covid-19 yang diperlukan untuk mengunjungi tempat-tempat umum seperti restoran. Sertifikat itu akan berisi keterangan bahwa seseorang telah divaksinasi, baru saja pulih dari penyakit, atau hasil tes negatif terbaru.
Para pengunjuk rasa melihat kebijakan kesehatan itu seperti pemaksaan yang tidak dapat diterima, diskriminasi terhadap mereka yang skeptis akan vaksin, dan pergeseran Pemerintah ke arah tirani. Sebelumnya, demonstrasi yang lebih kecil terhadap usulan aturan itu terjadi di Prancis sepanjang minggu.
Tidak seperti beberapa peristiwa sebelumnya, unjuk rasa pada Sabtu kemarin sebagian besar berlangsung damai, kecuali beberapa insiden kecil. Polisi dilaporkan menembakkan gas air mata di Dijon dan Nantes dan melakukan beberapa penangkapan di Lyon.
Kekuatan politik memanfaatkan perbedaan pendapat publik atas Covid-19. Rapat umum di Ibu Kota dihadiri oleh politisi sayap kanan Florian Philippot dan Nicolas Dupont-Aignan.
Mantan Wakil Presiden Front Nasional, Philippot mengumumkan pencalonannya untuk pemilihan presiden tahun depan pada minggu ini. Selama rapat umum, dia memperkenalkan seorang pria yang tampak merobek sertifikat vaksinasinya menjadi potongan-potongan kecil sebagai tanda protes.
Ada juga beberapa persimpangan antara pengunjuk rasa Covid-19 dan gerakan Rompi Kuning anti-Pemerintah, yang bergabung dalam pawai. Rompi Kuning telah menggelar protes massal reguler terhadap Macron selama lebih dari dua tahun sejak 2018. Mereka menentang upaya penghematan ekonomi yang dicanangkan Macron.
Prancis telah memvaksinasi sekitar setengah dari populasinya, dengan 55,5% telah menerima setidaknya satu dosis. Tetapi pejabat kesehatan baru-baru ini melaporkan lonjakan infeksi harian di negara itu sekitar seperempat dari tingkat puncak pertengahan April yang terjadi selama gelombang kedua. Pemerintah khawatir tren itu akan terus berlanjut.
“Varian Delta ada di sini, kita tidak boleh menyembunyikan kebenaran, ini lebih menular daripada yang sebelumnya. Kita harus beradaptasi dan menghadapinya,” kata Perdana Menteri Jean Castex, pada Sabtu kemarin.