TIKTAK.ID – Ribuan orang di Guatemala turun ke jalan untuk menuntut presiden dan jaksa agung negara itu mengundurkan diri karena kurangnya kemauan Pemerintah untuk memberantas korupsi. Ini, merupakan salah satu protes terbesar dan paling luas sejak 2015.
Ratusan orang berkumpul di sepanjang jalan raya Inter-Amerika di San Lucas Sacatepequez, dalam protes yang menuntut Presiden Alejandro Giammattei dan Jaksa Agung Maria Porras mengundurkan diri. Sebagian besar pengunjuk rasa adalah warga pribumi yang bergabung dengan kelompok mahasiswa dan warga untuk berpartisipasi dalam pemogokan nasional.
“Kami menuntut Giammattei mengundurkan diri,” kata seorang aktivis di Majelis Rakyat dan Sosial, Angelina Aspuac kepada Al Jazeera, Jumat (30/7/21).
“Kami muak melihat tindakan koruptif Pemerintah ini,” katanya. “Keputusan yang mereka buat tidak menguntungkan kami, mereka mengizinkan dan mencari dalih hukum untuk menghasilkan impunitas.”
Otoritas leluhur masyarakat adat menyerukan protes beberapa hari setelah Porras mengumumkan pemecatan Juan Francisco Sandoval, Kepala Kantor Penuntut Khusus Menentang Impunitas. Dia menuduh Sandoval melakukan “penyalahgunaan kekuasaan”, tetapi Sandoval menuduh adanya korupsi tingkat tinggi di Kantor Kejaksaan dan di Kepresidenan.
Sandoval telah menerima perhatian internasional, terutama di Amerika Serikat, karena memimpin Biro Anti-Impunitas, yang mengambil alih penyelidikan dari Komisi Internasional Melawan Impunitas yang didukung PBB di Guatemala, yang dikenal sebagai CICIG, yang menutup pintunya pada 2019. Dia terpaksa meninggalkan negara itu karena takut akan keselamatannya.
Menyusul pemecatan Sandoval, Wakil Jubir Departemen Luar Negeri AS Jalina Porter mengumumkan pada Selasa kemarin bahwa AS menangguhkan sebagian kerja sama dengan Porras, menyatakan bahwa AS telah “kehilangan kepercayaan” pada kesediaan negara itu untuk memerangi korupsi.
Pada Rabu kemarin, Porras mengeluarkan surat kepada Departemen Luar Negeri membela tindakannya selama masa jabatannya.
Efek korupsi sangat terasa terutama di daerah pedesaan, di mana proyek-proyek negara mangkrak, jalan raya rusak, dan kemiskinan serta kelaparan meningkat secara signifikan selama pandemi Covid-19.
“Kami tahu mereka korup karena mereka melanggar hak kami,” kata anggota otoritas leluhur Komunitas Adat Kaqchikel Santa Fe Ocaña, San Juan Sacatepequez, Marcelino Cax kepada Al Jazeera.
Protes serupa yang dilakukan dengan memblokir jalan raya utama, terjadi di seluruh negara Amerika Tengah itu. Di antara yang terbesar diadakan di Totonicapan, di mana ribuan orang memblokir persimpangan penting sepanjang hari.