TIKTAK.ID – Pengadilan Turki melanjutkan persidangan kasus pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada Selasa (23/11/21), ketika pengawas jurnalisme menggambarkan kasus itu sebagai kasus yang “mendekati jalan buntu” dan mengatakan bahwa persidangan perlu memasukkan peran Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, seperti yang dilansir Reuters.
Khashoggi, seorang kritikus Pangeran Mohammed, terakhir terlihat memasuki kantor Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Para pejabat Turki percaya tubuhnya dipotong-potong dan jenazahnya belum ditemukan.
Sebuah laporan intelijen AS yang dirilis pada Maret mengatakan Pangeran Mohammed telah menyetujui operasi untuk membunuh atau menangkap Khashoggi pada Oktober 2018. Pemerintah Saudi membantah keterlibatan Putra Mahkota dan menolak temuan laporan tersebut.
Sementara Washington memberlakukan sanksi terhadap beberapa orang yang dianggap terlibat, namun tak termasuk Putra Mahkota sendiri.
Dua permintaan pengacara tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz meminta agar laporan AS ditambahkan ke kasus di Turki, namun ditolak pengadilan pada sesi persidangan sebelumnya.
Pengadilan Turki mengadili 26 warga Saudi secara in absentia atas berbagai tuduhan terkait pembunuhan Khashoggi. Pada Selasa ini pengadilan meminta Kementerian Kehakiman mengirim surat ke Arab Saudi, menanyakan terkait mereka yang dijatuhi hukuman dalam persidangan yang diadakan di Kerajaan, agar mereka tidak menerima hukuman dua kali.
Pada September 2020, pengadilan Saudi memenjarakan delapan orang selama antara tujuh dan 20 tahun atas pembunuhan Khashoggi, dalam persidangan yang menurut para kritikus tidak transparan. Bahkan, tak satu pun dari para terdakwa disebutkan namanya.
Perwakilan Reporters Without Borders (RSF), Erol Onderoglu mengatakan keadilan tidak dapat ditegakkan sebagai hasil dari persidangan jika tidak termasuk Pangeran Mohammed.
“Semua orang tahu bahwa proses peradilan akan menjadi simbolis selama para terdakwa tidak ditangkap dan dikembalikan ke Turki,” katanya, menggambarkan kasus itu sebagai “mendekati jalan buntu”.
Ketegangan antara Turki dan Arab Saudi atas kasus pembunuhan Khashoggi telah menyebabkan boikot informal Saudi terhadap barang-barang Turki. Namun Ankara telah melunakkan retorika dan kritiknya terhadap Riyadh dan kedua negara telah bekerja untuk menormalkan hubungan setelah serangkaian panggilan telepon dilakukan antara Presiden Tayyip Erdogan dan Raja Salman.
Peningkatan hubungan terjadi karena Turki sedang bekerja untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara lain di kawasan itu, termasuk Uni Emirat Arab dan Mesir.
“Tanda-tanda menuju hubungan Turki-Saudi yang semakin dekat tentu saja meningkatkan kekhawatiran bahwa kasus tersebut dapat menjadi kabur, dapat didorong jauh ke belakang,” kata Onderoglu dari RSF.
Kekhawatiran telah dikemukakan oleh kantor Kejaksaan Istanbul yang tidak meminta laporan CIA dan pengadilan tidak menambahkannya ke dalam kasus tersebut, katanya.
Sidang berikutnya akan diadakan pada 24 Februari tahun depan.