TIKTAK.ID – Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, pada Selasa (10/8/21) mengatakan bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat harus membayar mahal untuk latihan perang bersama mereka yang akan dimulai minggu ini.
“Latihan itu adalah tindakan penghancuran diri yang harus dibayar mahal karena mengancam keselamatan rakyat kami dan semakin membahayakan situasi di semenanjung Korea,” kata Kim Yo Jong dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara Korea Utara, agensi KCNA.
“Itu semua adalah ekspresi paling jelas dari kebijakan permusuhan AS terhadap [Korea Utara], yang dirancang untuk melumpuhkan negara kita dengan paksa,” tambahnya, seperti yang dikutip dari Aljazeera.
Ia menuduh Korea Selatan “berperilaku durhaka”, dengan mengatakan Korea Utara akan meningkatkan upaya memperkuat kemampuan serangan pendahuluannya, menambahkan bahwa dia telah didelegasikan untuk merilis pernyataan itu, menyiratkan pesan itu datang langsung dari saudara laki-lakinya.
Korea Selatan dan AS memulai pelatihan awalnya pada Selasa kemarin dengan latihan simulasi komputer yang lebih besar dijadwalkan pada minggu depan.
Latihan itu, yang diperkirakan akan berlangsung dari 16 hingga 26 Agustus, telah menyebabkan meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea setelah sebelumnya hubungan kedua Korea sempat mencair tiba-tiba pada Juli lalu, saat Seoul dan Pyongyang setuju untuk menyambungkan kembali hotline kedua negara yang diputus Pyongyang tahun lalu.
Beberapa jam setelah pernyataan Kim, Korea Utara tidak menjawab panggilan rutin di hotline antar-Korea, kata Kementerian Unifikasi dan Pertahanan Korea Selatan pada Selasa sore. Kedua Korea biasanya check-in melalui hotline tersebut dua kali sehari, dan pejabat Korea Utara menjawab panggilan pagi seperti biasa di hotline yang dikelola oleh militer Korea Selatan serta yang digunakan oleh Kementerian Unifikasi, yang menangani hubungan dengan Korea Utara.
Reaksi Korea Utara itu berpotensi mengganggu upaya Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in untuk membuka kembali kantor penghubung bersama yang diledakkan Pyongyang tahun lalu dan untuk mengadakan pertemuan puncak sebagai bagian dari upaya untuk memulihkan hubungan kedua Korea.
Seorang Jubir Kementerian Pertahanan Korea Selatan juga menolak mengomentari latihan pendahuluan, pada Selasa kemarin dengan mengatakan kedua negara masih membahas waktu, skala dan metode latihan regular tahunan tersebut.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani hubungan dengan Korea Utara, mengatakan dalam sebuah pernyataannya bahwa mereka tidak akan berspekulasi tentang niat Korea Utara tetapi akan mempersiapkan segala kemungkinan.
Juru Bicara Departemen Pertahanan AS, Martin Meiners menolak mengomentari pernyataan Korea Utara dan mengatakan bahwa hal itu bertentangan dengan kebijakan untuk berbicara tentang pelatihan.
“Kegiatan pelatihan gabungan adalah keputusan bilateral ROK-AS, dan keputusan apa pun akan menjadi kesepakatan bersama,” katanya, menggunakan inisial (ROK) nama resmi Korea Selatan.
AS memiliki sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan sebagai warisan Perang Korea 1950-1953, yang berakhir dengan gencatan senjata daripada kesepakatan damai, meninggalkan Semenanjung secara teknis dalam keadaan perang.