
TIKTAK.ID – Pemerintah AS sedang menyelidiki serangkaian insiden kesehatan terhadap para diplomat dan staf administrasi lainnya di Ibu Kota Austria, Wina. Sebab, lebih dari 20 pejabat telah melaporkan gejala yang mirip dengan Sindrom Havana, yaitu sebuah penyakit otak yang misterius.
Dilansir BBC, sindrom ini tidak dapat dijelaskan, namun para ilmuwan AS mengatakan kemungkinan besar disebabkan oleh radiasi gelombang mikro yang diarahkan ke korban. Insiden ini diduga sudah terjadi sejak Presiden Joe Biden menjabat pada Januari lalu.
Diplomat AS dan Kanada di Havana juga mengeluhkan gejala yang sama dengan tanda-tanda mulai dari pusing, kehilangan keseimbangan, gangguan pendengaran dan kecemasan hingga sesuatu yang mereka gambarkan sebagai “kabut kognitif”.
AS menuduh Kuba melakukan “serangan sonik”, yang tentunya dibantah keras oleh Kuba, sehingga insiden itu menyebabkan meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
Sebuah studi akademis AS pada 2019 menemukan “kelainan otak” pada para diplomat yang jatuh sakit, namun Kuba menolak laporan itu.
Kasus-kasus yang ada di Wina pertama kali diungkap oleh majalah New Yorker pada Jumat (16/7/21) dan kemudian dikonfirmasi oleh Departemen Luar Negeri AS, yang mengatakan sedang “menyelidikinya dengan sungguh-sungguh”.
Outlet media Reuters mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri Austria yang mengatakan “bekerja sama dengan otoritas AS untuk bersama-sama menyelesaikan masalah ini”.
Wina telah lama menjadi pusat kegiatan diplomatik dan memiliki reputasi sebagai hotspot spionase, terutama selama Perang Dingin. Negara-negara seperti AS memiliki jumlah diplomatik yang besar di sana.
Kota ini kini menjadi tuan rumah pembicaraan tidak langsung antara Iran dan AS mengenai upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015.
Media AS melaporkan bahwa peristiwa misterius ini tidak hanya terjadi di Wina, tapi juga di Kuba dan China. Juga meluas dengan laporan baru di Rusia, Eropa Barat, dan bahkan di Amerika Serikat, dengan salah satu insiden yang dicurigai baru-baru ini. terjadi di dekat Gedung Putih. Namun, jumlah terbanyak terjadi di Wina.
Pada bulan Juni, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan tinjauan luas tentang penyebab penyakit tersebut.