TIKTAK.ID – Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) melalui PT Liga Indonesia, mewajibkan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan metode swab jika ingin kembali menggelar Liga 1 dan 2. Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, mengatakan syarat itu untuk mencegah penyebaran pandemi virus Corona (Covid-19).
“Kalau mau dilakukan, maka metode yang disiapkan semua pemain bola harus PCR test. Harus betul-betul bebas Covid-19,” ujar Doni dalam rapat virtual dengan Komisi X DPR RI, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Selasa (17/6/20).
“Kemudian tidak boleh ada penonton, tapi untuk hal ini belum kami bicarakan dengan PSSI,” imbuhnya.
Meski begitu, tak bisa dimungkiri bahwa tes PCR merupakan beban berat jika kompetisi kembali bergeliat. Pasalnya, jika memperkirakan “kocek” operator sampai klub-klub, tampaknya Liga Indonesia belum siap menggelar kembali kompetisi di tengah pandemi dengan syarat wajib tes swab.
Apalagi, tes PCR masih belum menjadi hal murah. Biaya sekali tes swab secara mandiri dan perorangan tentu beragam, dan jika dirata-rata, biaya sekali tes PCR per orang mencapai Rp2 juta. Padahal, total terdapat sekitar 30 orang dari pemain, pelatih, hingga ofisial tim yang harus menjalani tes PCR per klub.
Jika beban itu ditanggung masing-masing klub, maka setiap klub harus menanggung biaya setidaknya Rp60 juta untuk sekali tes. Belum lagi syarat tes swab seperti di kompetisi Eropa macam Liga Inggris, yang harus dilakukan berkala. Pengecekan berkala setidaknya dilakukan dua pekan sekali sesuai aturan masa inkubasi virus Corona.
Terlebih, biaya gaji pemain dan operasional untuk laga kandang dan tandang saja sudah menjadi momok bagi sejumlah klub.
Dengan mengecualikan tes PCR saja, klub-klub Liga 1 atau 2 sebenarnya sudah kepayahan membayar gaji para pemain dan biaya operasional jika menggelar laga kandang.
Sebelumnya, Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan pernah menjanjikan subsidi komersial dari hak siar Liga 1 sebesar Rp15 miliar per klub. Namun hal itu tak cukup untuk membayar gaji pemain, pelatih, staf, dan biaya operasional pertandingan.
PSSI pun belum mengumumkan biaya tes PCR akan dibebankan ke klub-klub atau operator. Jika ternyata PT LIB yang harus menanggung beban tes swab, maka akan sangat memberatkan operator Liga 1 dan 2 itu.
Sebenarnya jika tetap ingin memaksakan Liga 1 dengan sistem kompetisi penuh tanpa beban besar, operator harus meminta bantuan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di masing-masing provinsi berupa tes PCR gratis.
Tetapi akan menjadi pertanyaan soal urgensi kompetisi sepak bola Indonesia jika meminta bantuan tes PCR gratis. Sebab, Gugus Tugas melakukan tes PCR secara gratis dengan metode sampel acak atau berdasarkan penelusuran kontak di daerah zona merah, kemudian sisanya dilakukan secara mandiri dan berbayar.