TIKTAK.ID – Presiden Republik Islam Iran yang baru saja dilantik pada Kamis (5/8/21), Ebrahim Raisi menyerukan agar Amerika Serikat segera mencabut sanksi terhadap negara itu di tengah ketegangan yang terus berlanjut antara Teheran dan Barat.
Dilansir RTnews, Raisi resmi menjabat mulai Kamis itu setelah memenangkan Pemilu di Iran pada Juni lalu. Setelah dilantik, presiden baru itu menyerukan diakhirinya embargo Amerika, dengan mengatakan bahwa “rakyat Iran mengharapkan Pemerintah baru untuk meningkatkan mata pencaharian mereka… Semua sanksi ilegal AS terhadap bangsa Iran harus dicabut”.
Di samping menyuarakan tuntutan agar Washington mencabut sanksinya, Raisi berjanji untuk memperkuat hubungan dengan negara tetangga Iran, serta untuk meningkatkan standar hidup rekan senegaranya. Ia bersumpah bahwa “Pemerintah baru akan bekerja untuk meningkatkan ekonomi dan menyelesaikan masalah bangsa”.
Merespons pelantikan Raisi, seorang Jubir diplomatik Amerika Serikat mendesak Presiden baru Iran untuk kembali ke pembicaraan kesepakatan nuklir Iran 2015. Padahal, AS sendiri yang meninggalkan perjanjian tersebut pada 2018, namun AS juga yang meminta Iran kembali ke meja perundingan.
Iran kembali bernegosiasi dengan enam negara kekuatan utama untuk menghidupkan kembali kesepakatan yang dikhianati secara sepihak oleh Amerika Serikat pada 2018, dengan syarat AS mencabut semua sanksi yang diberlakukan sesuai dengan perjanjian sebelumnya.
Pembicaraan multilateral di Wina tentang nuklir Iran itu ditangguhkan pada 20 Juni sambil menunggu hasil pemilihan nasional Iran yang dimenangkan Raisi.
“Pesan kami kepada Presiden Raisi sama dengan pesan kami kepada para pendahulunya… AS akan membela dan memajukan kepentingan keamanan nasional kami dan kepentingan mitra kami,” kata Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price kepada wartawan di Washington, DC, pada hari Raisi dilantik, seperti yang dikutip dari Aljazeera.
“Kami berharap Iran mengambil kesempatan sekarang untuk memajukan solusi diplomatik,” kata Price.
Pascapenarikan diri AS dari kesepakatan Nuklir 2015 itu, AS memberlakukan sanksi ekonomi baru terhadap Teheran yang melanggar perjanjian. Sebagai balasan, Iran mulai memperkaya uranium pada konsentrasi yang lebih tinggi. Iran mengatakan program nuklirnya bukan untuk membuat senjata, namun untuk tujuan damai.