
TIKTAK.ID – Polisi Filipina menangkap sejumlah orang yang menyampaikan ancaman lewat media sosial akan membunuh Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.
Sejumlah penangkapan itu terjadi lebih dari sebulan setelah Duterte mengancam akan menindak warganya yang melanggar aturan pembatasan dan berkerumun untuk mencegah penyebaran virus Corona, tulis Sputnik, Sabtu (23/5/20).
Polisi Filipina menangkap seorang pria yang berjanji akan memberi sejumlah imbalan bagi siapa saja yang dapat membunuh sang Presiden. Sebelum penangkapan pada Selasa kemarin, pria yang tak disebutkan identitasnya itu dilaporkan menulis di laman Facebook-nya, “200 juta peso (129 miliar rupiah) bagi siapa saja yang membunuh Duterte dan membawa kepalanya kepadaku di Barangsay (desa tersangka).”
Pada pekan sebelumnya, polisi di provinsi selatan Cebu menangkap dan menahan Ceron (26 th) karena menjanjikan 75 juta peso (20 miliar rupiah) bagi siapa saja yang dapat membunuh Presiden Filipina.
Sebelumnya, agen Biro Investigasi Nasional (NBI) Filipina di distrik Dagupan menahan pria yang diduga menawarkan “hadiah” 50 juta peso (sekitar 15 miliar rupiah) kepada “siapa saja yang dapat membunuh Duterte”. Sayembara itu menurut laporan disebar di media sosial.
Tersangka diidentifikasi sebagai Ronnel Mas (25) seorang guru di sebuah sekolah umum di provinsi Zambales.
Pria itu, dilaporkan telah menonaktifkan akun Twitter-nya setelah postingan itu menyebar. Dia mengakui telah menyebar ancaman itu, namun dia menyatakan bahwa “dirinya tidak memiliki uang untuk hadiah itu, dan juga tidak ingin presidennya terbunuh”.
Dikutip dari media lokal, Mas mengatakan bahwa satu-satunya alasannya melakukan itu adalah untuk “mendapatkan lebih banyak pengikut dan retweet”. Dia dilaporkan memohon maaf kepada Duterte.
Namun, bagi Sekretaris Kehakiman Menardo Guevarra, permintaan maaf bukan berarti hukum tidak dijalankan. Dalam sebuah pernyataan pada Rabu lalu, Guevarra mengatakan bahwa “permintaan maaf bukanlah salah satu alasan untuk memadamkan pertanggungjawaban pidana; Saya tidak bisa melukai orang lain dan melarikan diri dengan hanya mengatakan ‘maaf'”.
Penangkapan Mas berujung pada penangkapan Ronald Quiboyen (40 th). Polisi provinsi Aklan menahan pekerja konstruksi itu setelah diduga dia merespons tawaran Mas dengan menggandakan tawaran. Di akun Facebook-nya Quiboyen mengatakan “menggandakan tawaran Mas untuk membunuh presiden”.
Kedua pria itu menghadapi dakwaan terkait kejahatan dunia maya. Namun, Mas dibebaskan setelah membayar jaminan sebesar 72.000 peso atau sekitar 21 juta rupiah.
Menanggapi sejumlah penangkapan itu, NBI bersumpah bahwa mereka akan terus bertindak “terhadap siapa pun yang melanggar hukum”, sementara Grup Keamanan Presiden (PSG) memperingatkan masyarakat untuk tidak membuat ancaman online kepada siapa pun, termasuk para pemimpin politik.
“Siapa pun dapat dimintai pertanggungjawaban jika ia mengancam untuk melukai atau membunuh seseorang, apalagi jika yang terancam adalah Presiden”, kata Komandan PSG Kolonel Jesus Durante.