TIKTAK.ID – Philips baru saja meluncurkan teknologi perawatan medis terkoneksi untuk meningkatkan pelayanan lebih efektif dan efisien bagi pasien. Inovasi tersebut dinamakan Intelli SpaceCritical Care and Anesthesia (ICCA) dan IntelliVue Guardian Software (IGS). Teknologi tersebut kali pertama digunakan di Rumah Sakit Kasih Ibu Denpasar, Bali.
“Teknologi ini dibuat untuk memastikan kelancaran perawatan dengan alur informasi yang lebih tepat waktu antara pasien dan tenaga medis,” terang Presiden Direktur Philips Indonesia, Pim Pressman.
Ia mengatakan bahwa pasien atau keluarga pasien selama ini sering dihadapkan dengan alur sangat rumit di rumah sakit. Mulai dari pendaftaran masuk, keluar, ICU, layanan gawat darurat, rutinitas perawatan harian, tindakan operasi, dan kejadian yang tidak terduga.
Baca juga: Kantong Tipis? Ini 7 Laptop Terbaik yang Harganya di Bawah Rp4 Juta
Selain itu, seluruh tim medis sendiri membutuhkan upaya yang besar dari pengambilan keputusan yang merupakan sebuah proses yang rumit, namun harus dilakukan dengan cepat. Apalagi hal tersebut semakin dipersulit dengan banyaknya data yang berasal dari peralatan berbeda, sumber data yang lain, dan beragamnya rekam medis.
Diperkirakan, ada 178 proses yang dilakukan pada ICU setiap harinya. Namun rasio terjadi kesalahan juga ada yakni sekitar 1,7. Bahkan hampir semua pasien ICU akan memiliki risiko keselamatan jiwa selama masa perawatan sekitar 78% karena kesalahan medis.
Pim Pressman menambahkan, teknologi tersebut akan memusatkan serta mengorganisasi data pasien, termasuk dokumen adminstrasi rumah sakit, hasil lab, tanda-tanda vital pasien, dan data konsultasi. Kemudian data itu akan diinput menjadi sebuah tindakan medis dan memungkinkan konektivitas dalam alat-alat medis di ICU agar memberikan hasil yang lebih baik.
Baca juga: Toyota dan Panasonic Patungan Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik
Selain itu, teknologi ini juga memungkinkan perawat lebih cepat dalam mengidentifikasi dan memberi respons proaktif dan efisien kepada pasien, termasuk pasien yang kondisinya buruk. Artinya, teknologi ini akan memberi tahu perawat dan memungkinkan intervensi medis tepat waktu dalam memprioritaskan perawatan pasien. Sehingga membantu mengurangi risiko tidak terdeteksinya tanda-tanda penurunan kondisi fisik pasien, alur kerja klinis, dan peningkatan perawatan serta efisiensi manajemen pasien.
Sementara bagi para dokter, teknologi ini akan membantu memprediksi penurunan kondisi fisik pasien.