
TIKTAK.ID – Produsen vaksin untuk Covid-19 dari Inggris, AstraZeneca menangguhkan uji coba global vaksin virus Corona setelah seorang peserta eksperimennya menderita penyakit yang tidak dapat dijelaskan. Penghentian uji coba itu membuat saham produsen obat asal Inggris itu jatuh sebab prospek peluncuran vaksin meredup pada Rabu (9/9/20).
Vaksin untuk memerangi Covid-19 yang dikembangkan AstraZeneca bersama Universitas Oxford, telah dideskripsikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai kandidat utama dunia dan yang berkembang paling pesat saat ini.
Namun, AstraZeneca pada Selasa kemarin mengatakan bahwa mereka telah menghentikan uji coba, termasuk uji coba tahap akhir, untuk memungkinkan komite independen meninjau data keselamatan, dan untuk meminimalkan potensi dampak sesuai jadwal.
Penangguhan tersebut memicu penurunan 3 persen pada saham AstraZeneca, yang memiliki bobot terbesar kedua di indeks FTSE 100 dan diperdagangkan 1,4 persen lebih rendah pada 1006 GMT.
“Ini jelas merupakan sebuah tantangan untuk uji coba vaksin khusus ini,” kata Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock kepada Sky News.
Sebuah laporan New York Times mengutip seseorang yang mengetahui situasi tersebut mengatakan bahwa seorang peserta yang berasal dari Inggris ditemukan menderita myelitis transversal, sindrom inflamasi yang memengaruhi sumsum tulang belakang dan sering dipicu oleh infeksi virus.
Apakah ini terkait langsung dengan vaksin AstraZeneca masih belum jelas, katanya. Sementara pihak AstraZeneca sendiri menolak berkomentar.
Seseorang yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa penyakit tersebut terjadi dalam uji coba di Inggris yang dimulai pada Mei dengan lebih dari 12.000 peserta, dari usia 5 tahun hingga lebih dari 70 tahun.
Jeda tersebut menyusul laporan bahwa Amerika Serikat mengincar persetujuan jalur cepat sebelum pemilihan presiden pada November nanti.
Ini menjadi sebuah pertaruhan besar bagi AstraZeneca, karena pembuat obat terbesar di Inggris berdasarkan nilai pasar itu, telah setuju untuk memasok hampir tiga miliar dosis kepada pemerintahan di seluruh dunia.
Ini lebih dari proyek vaksin biasa, tetapi ditanya apakah jeda tersebut akan memperlambat proses pengembangan, Hancock berkata, “Tidak harus, itu tergantung pada apa yang mereka temukan ketika mereka melakukan penyelidikan.”
Sebelumnya juga sudah dikabarkan bahwa sebagian besar negara bagian akan berkontribusi secara finansial untuk mengembangkan vaksin, bahkan jika uji coba itu gagal.