
TIKTAK.ID – Penyedia layanan media streaming digital, Netflix, diketahui telah menaikkan harga di beberapa wilayah, termasuk di Indonesia dan Amerika Serikat. Konsumen pun jangan heran jika ke depannya nanti kenaikan biaya langganan Netflix akan terus terjadi secara rutin. Namun apa penyebab di balik naiknya biaya berlangganan Netflix?
Di Amerika sendiri, paket standar Netflix yang sebelumnya seharga USD 13 per bulan, saat ini naik menjadi USD 14. Kemudian untuk paket premium Netflix naik dari USD 16 menjadi USD 18 per bulan.
Sedangkan di Indonesia, biaya Netflix yang naik baru-baru ini terkait diterapkannya pajak layanan digital. Biaya langganan Netflix di Indonesia naik 10 persen untuk seluruh paket langganan sejak 3 September 2020.
Paket ponsel yang awalnya Rp49 ribu menjadi Rp54 ribu. Paket dasar dari yang semula Rp109 ribu menjadi Rp120 ribu. Paket standar dari semula Rp139 ribu menjadi Rp153 ribu. Sementara paket premium dari Rp169 ribu menjadi Rp186 ribu.
Perlu diketahui, faktor pertama kenaikan harga yakni untuk memenuhi tuntutan investor bahwa Netflix akan menghasilkan keuntungan secara konsisten. Apalagi jika pertumbuhan pelanggan mulai melambat, maka kenaikan harga dapat menjaga pundi-pundi mereka tetap bisa stabil.
“Jika hal itu terjadi, investor pun berharap Netflix akan menjadi sesuatu yang pokok di rumah-rumah warga. Sama seperti yang terjadi pada televisi kabel dalam 4 dekade terakhir,” tulis CNBC, seperti dilansir detikINET.
Selain itu, faktor kedua kenaikan biaya langganan adalah Netflix memang yakin layanannya semakin diminati. Akan tetapi, angka konsumen yang keluar dari Netflix hanya 2% di AS. Angka tersebut jauh lebih kecil dari layanan streaming pesaingnya.
“Kunci dalam meningkatkan harga tanpa angka cancel yang naik signifikan atau ketidakpuasan yakni untuk meyakinkan pelanggan bahwa mereka masih akan mendapatkan value yang luar biasa,” terang CNBC.
Meski begitu, sejauh ini dengan konten-konten yang ada pada Netflix dinilai banyak pihak punya kualitas, bahkan meninggalkan televisi kabel. Bahkan petinggi Netflix juga mengakui bahwa ambisi mereka adalah menjadi dominan seperti HBO, sebelum televisi semacam HBO dapat menandingi mereka di ranah streaming.
“Tujuannya adalah menjadi HBO dengan lebih cepat, ketimbang HBO menjadi kami,” tutur co-CEO Netflix, Ted Sarandos, belum lama ini.