Pengamat Ungkap Prabowo dan Ganjar Bakal Rugi Jika Tak Segera Umumkan Cawapres

TIKTAK.ID – Pakar politik sekaligus akademisi Universitas Bengkulu, Panji Suminar mengatakan bahwa bakal calon presiden Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto perlu segera mengumumkan pasangan calon wakil presiden yang masing-masing mereka pilih. Panji menilai bila hal itu tidak segera dilakukan, maka akan merugikan keduanya.
“Jika tidak segera, itu akan merugikan Prabowo dan Ganjar. Sebab, Anies Baswedan sudah mengumumkan pasangannya,” ujar Panji di Bengkulu, pada Jumat, seperti dilansir Republika.co.id.
Panji mengatakan dari elite politik hingga akar rumput, pemilih Anies Baswedan sudah terus menguatkan soliditas menuju Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Namun dia menganggap Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto masih mengambang lantaran belum punya pasangan.
Baca juga : Mahfud MD Dukung Wacana Percepatan Pendaftaran Capres 2024
“Jadi konsolidasi, kerja-kerja, mengenalkan Ganjar dan Prabowo saat ini belum intens, karena belum ada kepastian pasangan apalagi pencalonan, akar rumput juga seperti itu, apakah mereka bakal maju atau tidak. Pasangan saja belum ada sampai sekarang, seperti itu kira-kira pandangan di bawah,” jelas Panji.
Menurut Panji, semakin cepat pasangan calon presiden dan wakil presiden diumumkan, maka akan semakin cepat juga mesin partai, relawan, dan simpatisan bergerak untuk meyakinkan pemilih.
“Tentu semakin cepat dan panjang waktu mengenalkan pasangan calon ke masyarakat, maka semakin lama pula waktu untuk meyakinkan masyarakat. Ingat, masa kampanye saat ini tak lama, hanya 75 hari. Oleh karena itu semakin cepat diperkenalkan atau dideklarasikan, akan semakin baik,” tegas Panji.
Baca juga : Kerap Dicap Dekat dengan Habib Rizieq dan FPI, Anies Beri Penjelasan
Panji menjelaskan bahwa hal lain yang bisa merugikan Capres terlambat untuk menentukan pasangan adalah segmen pemilih yang disasar. Dia mencontohkan, saat Anies menentukan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai pasangannya, maka calon lain harus memikirkan ulang strategi dan sosok pasangan yang akan mereka pilih.
“Cak Imin dipilih yang notabene warga Nahdliyyin. Jadi Ganjar misalnya, yang semula mau dipasangkan dengan Nasaruddin Umar, harus pikir ulang karena ceruk suara sama warga NU. Prabowo juga begitu, apalagi sudah ditinggal Cak Imin yang semula bersama dan berencana berpasangan,” tutur Panji.