TIKTAK.ID – Saat ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi sorotan karena melakukan misi perdamaian dengan mengunjungi Ukraina dan Rusia di tengah perang antara kedua negara yang masih menggila.
Pengamat politik internasional menilai upaya perdamaian tersebut tidak lepas dari hubungan RI dengan Uni Soviet di masa lampau. Indonesia punya hubungan sejarah yang erat dengan Rusia yang dimulai saat Uni Soviet mendukung kemerdekaan RI dari Belanda pada 1945 silam.
Situs Kementerian Luar Negeri RI menyatakan bahwa Uni Soviet termasuk salah satu negara yang menyambut baik kemerdekaan Indonesia, ketika RI mencoba mendapatkan pengakuan dunia internasional pada 1945-1950. Selain itu, Uni Soviet mengecam segala bentuk kolonialisme.
Baca juga : Begini Kata PKB Soal ‘Main Dua Kaki’ di Koalisi Semut Merah dan Kebangkitan Indonesia Raya
Di masa lalu, Rusia disebut-sebut menjadi sumber senjata dan perangkat keras militer yang signifikan bagi Indonesia. Sampai saat ini, ada cukup banyak alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia berasal dari Rusia.
“Presiden pertama Indonesia, Soekarno, punya hubungan dekat dengan Uni Soviet saat kemerdekaan. Hal itu berarti Indonesia saat ini memiliki keterikatan moral dengan Rusia,” ungkap dosen hubungan internasional di Universitas Katolik Santo Thomas, Kosman Samosir, seperti dikutip CNN Indonesia dari South China Morning Post.
“Jokowi tentu akan sangat ingin membantu Rusia dan Ukraina untuk menemukan resolusi damai atas konflik ini, sebagai hasil dari keterikatan moral tersebut,” imbuhnya.
Baca juga : Apa Saja Kewenangan Ma’ruf Amin Saat Ditinggal Jokowi ke Ukraina-Rusia?
Peneliti dari Pusat Studi Internasional dan Strategis (CSIS), Gilang Kembara menyetujui pendapat Kosman Samosir.
“Terdapat perasaan nostalgia masa lalu di warga Indonesia terkait Rusia. Dengan semangat masa lalu, Jokowi ingin mencoba membantu untuk mendamaikan Rusia-Ukraina,” terang Kembara.
Namun Gilang menilai hubungan bisnis militer RI-Rusia saat ini “relatif stagnan”. Sebab, kata Gilang, perubahan fokus Jakarta yang kini lebih fokus melihat senjata buatan Amerika Serikat dan ancaman sanksi bila membeli alutsista dari Moskow.
Baca juga : Relawan Akan Undang Jokowi Tentukan Capres 2024 di Musyawarah Rakyat
“Jokowi itu pragmatis, sehingga dia akan mencari buah yang menggantung. Dia bukan seorang idealis, jadi akan sulit bagi Jokowi untuk menjadi ‘utusan perdamaian’ ketika dia punya sedikit pengetahuan tentang konteks sejarah. Walaupun itu akan menjadi kemenangan yang sangat besar bagi Indonesia jika dia berhasil,” jelas Gilang.