
TIKTAK.ID – Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM), Mada Sukmajati mengungkapkan bahwa sebagian publik menginginkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir untuk dapat melanjutkan trah kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Kini publik menginginkan sosok pemimpin nasional yang menawarkan untuk meneruskan program presiden sebelumnya,” ujar Mada Sukmajati, seperti dilansir Antara, pada Kamis (5/12/22).
Mada Sukmajati menyampaikan hal itu saat merespons hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) yang memaparkan elektabilitas sejumlah tokoh nasional. Survei itu menyimulasikan pasangan beberapa tokoh.
Baca juga : Puji Strategi Ekonomi Jokowi, Pengamat ini Prediksi RI Aman dari Resesi di 2023
Hasil survei tersebut menyatakan Ganjar-Erick memperoleh elektabilitas 38,6 persen atau unggul dari pasangan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang meraih elektabilitas 35,4 persen, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dengan Ketua DPR Puan Maharani yang mendapatkan 19,8 persen.
“Tingginya elektabilitas pasangan Ganjar-Erick akibat publik masih menginginkan sosok kepemimpinan bangsa seperti Presiden Joko Widodo,” terang Mada Sukmajati.
Mada Sukmajati pun menilai fenomena calon pemilih saat ini berbeda dari Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 silam. Sebab, kata Mada Sukmajati, ketika itu pemilih menginginkan perubahan gaya kepemimpinan nasional, contohnya dekat dengan masyarakat, sederhana, ramah, dan kerja nyata.
Baca juga : Dijuluki ‘Emas Putih’, Harta Karun Super Langka Lapindo Milik Siapa?
Menurut Mada Sukmajati, publik tidak suka dengan gaya kepemimpinan yang menawarkan kebijakan yang berbeda atau merombak kebijakan Presiden Jokowi selama ini. Di satu sisi, lanjutnya, gaya kepemimpinan yang menawarkan untuk meneruskan program Presiden Jokowi melekat pada pasangan Ganjar-Erick.
Selain itu, survei IPI juga menunjukkan kalau saat ini pemilih tidak menginginkan calon pemimpin yang sekadar menjual kepopuleran atau tidak memiliki visi-misi jelas untuk memajukan bangsa.
Mada Sukmajati menganggap kunci mempertahankan elektabilitas Capres dan Cawapres ditentukan oleh setiap kandidat. Dia menjelaskan, bila calon pemimpin tidak melakukan aksi yang menimbulkan reaksi negatif, maka hasil survei Indikator Politik Indonesia pun tak akan jauh berbeda dengan hasil akhir Pilpres 2024.
Baca juga : Baru Lolos Jadi Peserta Pemilu 2024, Partai Ummat Sesumbar Kalahkan PAN
“Naik atau turunnya elektabilitas Capres-Cawapres ditentukan oleh mereka sendiri. Kita dapat belajar dari pengalaman Pilkada DKI, saat Ahok kepeleset dengan membawa sentimen agama,” tuturnya.