
TIKTAK.ID – Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai peningkatan elektabilitas calon Kepala Daerah secara signifikan hanya dalam kurun dua bulan, secara teori sulit dilakukan. Dedi menyebut peningkatan elektabilitas di masa kampanye, atau ketika jeda sebelum waktu pemilihan, sangat sulit terjadi.
Oleh sebab itu, ia berpendapat hasil survei yang dikeluarkan Indikator Politik Indonesia terkait adanya peningkatan tajam elektabilitas Calon Wali Kota Tangerang Selatan Muhamad yang bersanding dengan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo hanya dalam dua bulan, menjadi diragukan. Untuk diketahui, Saraswati merupakan keponakan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.
Sebelumnya, dalam sajian data yang dikeluarkan Indikator, terjadi peningkatan elektabilitas yang cukup signifikan, yaitu hampir mencapai 20%, untuk Muhamad. Jika pada periode Agustus 2020 elektabilitas Muhamad baru menyentuh 18,1%, maka memasuki pertengahan November naik menjadi 36,2%.
Baca juga : Teroris JI yang Dicokok Densus 88 di Cibinong Ternyata Mantan Petinggi Ormas Intoleran ANNAS
“Artinya, terdapat kenaikan hingga 18,1 persen dalam rentang kurang dari dua bulan. Secara teori, kenaikan elektabilitas dalam masa kampanye itu sangat sulit dilakukan,” ujar Dedi saat dimintai pendapat, Kamis malam (19/11/20), seperti dilansir Gatra.com.
Muhamad sempat menderita sakit, sehingga absen dan tidak mengikuti sejumlah tahapan Pilkada Tangsel, dimulai dari penetapan pasangan calon pada 24 September. Mantan Sekretaris Daerah Kota Tangsel tersebut pun baru muncul di hadapan publik saat mengikuti debat kandidat yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Tangsel pada 16 Oktober.
Menurut Dedi, peningkatan elektabilitas kandidat secara drastis akan terjadi pada dua momen. Pertama, saat penentuan kandidat, tepatnya ketika ada tokoh berpengaruh yang semula akan ikut bertarung, namun gagal daftar dan mengalihkan dukungan.
Baca juga : Dalih Polri Tidak Menindak Kerumunan Massa Gibran yang Langgar Protokol Kesehatan di Solo
“Ada banyak faktor. Selain semakin gencar kampanye, juga karena ada strategi pamungkas, entah hal itu karena janji-janji politik atau hal lainnya,” jelas Dedi.
Karena itu, Dedi meragukan adanya peningkatan elektabilitas kandidat secara drastis ketika masih berada di masa kampanye. Apalagi, kata Dedi, selama pandemi Covid-19 gerak kampanye kandidat dibatasi. Salah satunya dengan pembatasan jumlah massa yang diatur dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 13 Tahun 2020.
“Jadi kalau masih di masa kampanye, peningkatan drastis sulit terjadi, sehingga hal ini adalah anomali,” ucap Dedi.