TIKTAK.ID – Sebuah studi di Spanyol terkait Herd Immunnity atau kekebalan komunitas, sepertinya masih jauh dari angan-angan. Hasil penelitian itu menunjukkan hanya 5 persen dari populasi di Spanyol yang mengembangkan antibodi, tulis jurnal medis Lancet pada Senin (6/7/20).
Temuan itu mencatat 95 persen dari populasi di Spanyol masih sangat rentan terhadap virus Corona. Kekebalan komunitas dapat dicapai ketika cukup banyak Populasi yang terinfeksi virus untuk menghentikan peredarannya.
Pusat Pengendalian Penyakit Eropa mengatakan kepada CNN bahwa penelitian itu merupakan penelitian terbesar yang pernah dilakukan di antara belasan studi serologis terkait virus Corona yang dilakukan oleh negara-negara Eropa. Penelitian itu mengambil sampel representatif nasional dengan lebih dari 61.000 peserta.
Temuan ini memperkuat studi antibodi sebelumnya yang melibatkan 2.766 peserta di Jenewa Swiss, yang diterbitkan di Lancet pada 11 Juni lalu.
Penelitian serupa juga dilakukan di China dan Amerika Serikat. Temuan kunci dari perwakilan kelompok ini adalah bahwa sebagian besar populasi sepertinya tidak kebal terhadap Covid-19, meskipun di daerah dengan sirkulasi virus yang luas, tulis Lancet yang diterbitkan bersama dengan studi di Spanyol.
“Sangat jelas dalam temuan ini, bahwa setiap pendekatan yang diusulkan untuk mencapai kekebalan kawanan melalui infeksi alami tidak hanya sangat tidak etis, tetapi juga tidak akan berhasil,” kata penulis komentar Lancet sekaligus Kepala Pusat Jenewa untuk Penyakit Virus Berkembang, Isabella Eckerle, dan seorang ahli virus di University of Geneva, Benjamin Meyer.
Dokter tidak yakin apakah memiliki antibodi terhadap virus Corona berarti seseorang tidak dapat terinfeksi lagi. Tidak jelas berapa lama atau seberapa baik antibodi melindungi seseorang dari virus.
Studi peer-review di Spanyol dimulai pada April ketika negara itu melakukan karantina ketat, dan dilakukan oleh lembaga penelitian dan epidemiologi pemerintah terkemuka.
“Seroprevalensi yang relatif rendah diamati dalam konteks epidemi yang intens di Spanyol dapat berfungsi sebagai referensi bagi negara lain. Saat ini, kekebalan kawanan sulit dicapai tanpa berdampak banyaknya kematian dalam populasi yang rentan dan membebani sistem kesehatan secara berlebihan”, tulis laporan itu.
Penulis utama studi Spanyol, Marina Pollán, yang merupakan Direktur Pusat Nasional untuk Epidemiologi, mengatakan kepada CNN, “Beberapa ahli telah menghitung bahwa sekitar 60% dari seroprevalensi mungkin berarti telah terjadi kekebalan komunitas. Tapi kami masih sangat jauh dari angka itu.”
Spanyol telah menjadi salah satu negara di Eropa yang paling terpukul oleh virus Corona, dengan lebih dari 28.000 kematian dan 250.000 kasus.
Lancet menerbitkan hasil fase pertama studi Spanyol, yang dilakukan dari 27 April hingga 11 Mei, yang menunjukkan prevalensi antibodi nasional sebesar 5%.
Tetapi wilayah metropolitan Madrid, yang paling terpukul oleh Covid-19 di negara ini, memiliki prevalensi lebih dari 10%, dan Barcelona yang merupakan perkotaan padat memiliki 7%, sementara banyak provinsi pesisir lainnya memiliki angka yang jauh lebih rendah.
Demikian pula, prevalensi di Jenewa adalah 10,8% dalam sebuah penelitian di Swiss yang dilakukan dari April hingga awal Mei, Lancet melaporkan.
“Dengan sebagian besar populasi naif karena infeksi, sirkulasi virus dapat dengan cepat kembali ke dimensi pandemi awal dalam gelombang kedua setelah langkah-langkah pencegahan dibuka kembali,” komentar penulis Lancet Eckerle dan Meyer menulis tentang temuan tersebut.
Hasil fase studi kedua Spanyol dirilis pada 4 Juni, menunjukkan prevalensi nasional 5,2%, hanya sedikit lebih tinggi dari pada fase pertama. Hasil dari fase ketiga dan terakhir diumumkan kepada publik pada Senin kemarin; mereka menunjukkan bahwa prevalensi nasional tetap di 5,2%, kata Pollán.