
TIKTAK.ID – Direktur Digital Business Telkom, Fajrin Rasyid membocorkan kiat sukses dalam menjalankan perusahaan rintisan atau startup. Ia mengatakan penerapan strategi ini dapat mendorong startup lokal menjadi pemenang di negeri sendiri.
Fajrin memaparkan, startup lokal harus menerapkan tiga pendekatan bisnis, tiga pola pikir mendasar, dan berfokus ke pelanggan.
“Tiga pendekatan bisnis itu yakni diferensiasi atau fokus konten lokal, integrasi offline dan online, serta sinergi dengan perusahaan lokal. Hal ini penting karena nilai ekonomi digital Indonesia pada 2019 sudah mencapai 40 miliar dollar dan akan menjadi 133 miliar dollar di tahun 2025,” ujar Fajrin, seperti dilansir Detik.com.
Kini Telkom sendiri sedang membuka proses pendaftaran Indigo Creative Nation bath 2 tahun 2020 dari 1 Oktober sampai 13 November mendatang. Program akselerator startup yang telah berusia tujuh tahun itu membidik startup untuk diinkubasi, hingga pendanaan Rp2 miliar.
Menurut Fajrin, startup lokal bisa menghadirkan strategi konten lokal eksklusif. Ia mencontohkan pada film/seri lokal, jenis musik lokal, animasi, permainan bercita rasa lokal, dan semacamnya.
“Memang Over The Top (OTT) asing pun menghadirkan konten lokal. Akan tetapi, seharusnya OTT lokal dapat membangun pengetahuan, kerja sama, dan kapabilitas. Dengan begitu, mampu menghadirkan konten lokal ini dengan lebih baik,” tutur pendiri Bukalapak yang merupakan salah satu startup unicorn Indonesia.
Ia melanjutkan, strategi integrasi offline-online menjadi potensi besar. Sebab, startup asing belum tentu bisa menghadirkan presensi secara luring dan kontinyu, sehingga peluang ini bisa dioptimalkan sekaligus menjadi pembeda.
Fajrin menyatakan strategi sinergi dengan sesama perusahaan lokal diarahkan ke yang memiliki ukuran besar. Baik dari sisi jumlah pelanggan, penetrasi pasar, infrastruktur, dan lainnya, tapi belum memiliki penetrasi digital yang kuat.
“Dalam hal ini, startup lokal bisa menjadi mitra digital bagi perusahaan lokal itu. Tentu hal ini perlu dipersiapkan dengan matang sehingga menghasilkan kerja sama yang bersifat win-win,” ucapnya.
Fajrin pun menilai strategi ini harus dibangun dari tiga perubahan pola pikir. Pertama, adalah learning/growth mindset yakni perubahan era digital yang berlangsung dengan cepat mengharuskan kita menguasai skill yang sesuai era tersebut.
Kedua, kata Fajrin, collaborative mindset, atau kemampuan dan kemauan untuk dapat berkolaborasi di dalam tim maupun dengan tim lain bahkan organisasi lain. Apalagi sebuah startup tidak mungkin menguasai seluruh bidang keahlian.
Sedangkan ketiga, proses yakni adaptasi prosedur yang sesuai tren digital. Ia beranggapan percuma menerapkan teknologi canggih dan menyiapkan SDM yang andal apabila tidak didukung prosedur yang sesuai.