TIKTAK.ID – Ada penampakan cahaya aneh setelah gempa 6,1 M yang berpusat di Malang. Penampakan cahaya di langit itu, dilaporkan warga Kabupaten Blitar.
Mereka mengabadikan dan mengunggahnya ke media sosial. Juga bertanya-tanya, apakah kemunculan cahaya aneh itu adalah pertanda lain atau ada kaitannya dengan gempa besar yang baru saja mereka rasakan.
Seperti diketahui, gempa berkekuatan 6,1 M yang berpusat di selatan Kabupaten Malang dirasakan hampir merata. Goncangannya juga sangat kuat, hingga terasa ke Bali, juga sebagian Yogyakarta.
Kepala Stasiun Geofisika Malang, Ma’muri mengatakan pihaknya hanya menerima laporan munculnya cahaya aneh itu dari wilayah Blitar.
Namun, secara keilmuan, peristiwa gempa bumi tidak bisa dikaitkan dengan fenomena yang muncul di langit.
“Nggak nyambung ya. Gempa disebabkan oleh aktivitas di dalam bumi. Sementara sinar itu terbentuk karena faktor cahaya matahari dengan awan yang berada di atas bumi atau di langit,” papar Ma’muri.
Ma’muri mengakui ada laporan terjadi hujan sangat lebat di wilayah Kabupaten Blitar. Di antaranya di Kecamatan Selorejo yang berbatasan dengan wilayah Karangkates, Kabupaten Malang. Awan-awan tebal masih terbentuk di wilayah itu sehingga menutup sebagian sinar matahari yang sudah mulai bergeser ke arah barat. Karena gempa 6,1 M terjadi pada pukul 14.00.15 WIB.
“Sinar yang tampak itu cahaya matahari yang tertutup oleh awan tebal. Sehingga ada celah di awan yang meneruskan cahaya matahari. Bisa jadi seperti pelangi, karena faktor pembiasan matahari oleh titik-titik hujan,” jelasnya.
Posisi awan dan matahari, lanjutnya, sangat jauh di atas sana. Sehingga akan terlihat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Ma’muri menegaskan sinar itu bisa dikatakan pelangi. Karena tidak hanya sinar merah yang tampak, tapi juga jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu.
“Karena awan yang terbentuk awan gelap. Mungkin ada hujan kecil di sekitar situ atau embun sehingga terbentuklah pelangi. Karena pelangi terbentuk oleh pembiasan cahaya matahari oleh titik-titik hujan,” pungkas Ma’muri.