TIKTAK.ID – Sejumlah orang bersenjata melepaskan tembakan di lingkungan Bagh-e-Daud, Kabul, Afghanistan dan menewaskan empat pegawai Kementerian Pembangunan Pedesaan pada Selasa (9/2/21).
Di tempat lain, masih di wilayah Kabul, sebuah bom yang dipasang di mobil meledak, melukai pegawai pemerintah lainnya, kata Juru Bicara Kepala Polisi Kota, Fardaws Faramarz, seperti yang dilaporkan Aljazeera.
Sebelumnya, pada hari yang sama, empat polisi tewas dan lima lainnya terluka ketika kendaraan mereka terkena bom pinggir jalan di distrik Zenda Jan di provinsi Herat barat, kata Gubernur Provinsi, Wahid Qatali.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas sejumlah serangan itu.
Sedang pejabat Afghanistan dan AS menuding kelompok Taliban yang bertanggung jawab atas gelombang kekerasan yang terjadi di Afghanistan, meskipun kelompok itu menolak tuduhan tersebut.
Kekerasan di Afghanistan terus meningkat, sementara pembicaraan damai antara Taliban dan perwakilan Pemerintah yang dimulai pada September di Qatar kini macet.
Sementara itu, terjadi lonjakan pemboman secara nasional, pembunuhan terarah, dan kekerasan.
Ibu Kota Kabul hampir tiap hari mengalami serangan sepanjang pagi yang sibuk, menargetkan warga Afghanistan terkemuka termasuk politisi, jurnalis, aktivis, hakim, dan cendekiawan agama.
Serangan pada Selasa ini terjadi sehari setelah tiga ledakan bom mengguncang Ibu Lota, menewaskan sedikitnya satu orang.
Minggu lalu, Hakim Hafizullah diserang dalam penyergapan di timur kota Jalalabad saat dia pergi bekerja. Dia adalah pejabat pengadilan ketiga yang terbunuh dalam waktu kurang dari sebulan.
Pada 17 Januari, dua hakim wanita dibunuh oleh pria bersenjata tak dikenal di Kabul.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada 30 Januari, Inspektur Jenderal Khusus AS untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR) mengatakan Taliban dan kelompok bersenjata ISIL (ISIS) telah meningkatkan pembunuhan terarah terhadap pejabat Pemerintah, pemimpin masyarakat sipil, dan jurnalis.
Resolute Support, misi pimpinan NATO di Afghanistan, melaporkan 2.586 korban sipil yang terjadi dari 1 Oktober hingga 31 Desember tahun lalu, termasuk 810 tewas dan 1.776 luka-luka, menurut laporan SIGAR.
Meningkatnya kekerasan di Afghanistan telah membuat pemerintahan Presiden AS, Joe Biden meluncurkan peninjauan kembali atas kesepakatan yang ditandatangani antara Washington dan Taliban tahun lalu yang menyetujui penarikan semua pasukan Amerika dari Afghanistan.
Kesepakatan itu juga membuka jalan bagi pembicaraan intra-Afghanistan antara perwakilan Taliban dan Pemerintah Afghanistan setelah konflik selama beberapa dekade. Namun kini rasa frustrasi dan ketakutan telah tumbuh karena lonjakan kekerasan baru-baru ini, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan.