
TIKTAK.ID – Keberadaan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky saat ini masih misteri, karena tak ada yang tahu pasti di mana tepatnya dia berada. Pekan lalu, dia dilaporkan mengatakan kepada Washington membutuhkan “amunisi, bukan tumpangan”, dan menolak untuk dievakuasi.
Akan tetapi, pada Jumat kemarin, anggota parlemen oposisi Ukraina Ilya Kiva mengklaim bahwa Zelensky telah meninggalkan negara itu dan menetap di Kedutaan Besar AS di Warsawa. Informasi tersebut belum bisa diverifikasi.
Namun, pasukan komando elite yang terdiri dari 150 US Navy SEAL dan lebih dari 70 pasukan khusus British Air Service telah ditempatkan di sebuah pangkalan di Lituania dan merencanakan operasi untuk mengevakuasi Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dari Ukraina, seperti yang dilansir Sputnik, Minggu (6/3/22).
“Pilihan yang paling masuk akal adalah memindahkan Zelensky keluar dari Kiev di mana dia bisa dijemput. Kami memiliki pesawat tetapi jaraknya sangat penting,” kata salah satu sumber senior Inggris kepada sebuah tabloid.
Zelensky dilaporkan mengatakan kepada anggota parlemen AS dalam panggilan Zoom pada Sabtu (5/3/22) bahwa mereka mungkin tidak melihatnya hidup lagi selama tuntutannya untuk mendapat lebih banyak senjata dan pengenaan zona larangan terbang di atas Ukraina belum dipenuhi AS dan NATO.
Sebagian besar politisi Barat sejauh ini menghindari gagasan yang terakhir, dengan alasan bahaya perang militer terbuka dengan Rusia.
Dalam perkembangan terkait, New York Times melaporkan Sabtu kemarin bahwa AS dan sekutunya telah memulai pembicaraan terkait penerus Zelensky, memperhitungkan kemungkinan jika Zelensky ditangkap atau dibunuh oleh pasukan Rusia. Para pejabat dari berbagai Pemerintah mengatakan kepada outlet tersebut, akan memberi Barat sebuah boneka baru untuk diakui alih-alih Pemerintah baru yang didukung Rusia di Kiev.
Pada Jumat lalu, Platform Oposisi melaporkan bahwa anggota parlemen, Rada Ilya Kiva menuduh Zelensky telah melarikan diri dari Ukraina ke Polandia, dan bahwa dia “bersembunyi di Kedutaan Besar AS” di Warsawa. Pejabat Ukraina dan AS belum mengomentari klaim ini.
Pada Sabtu (5/3/22), Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa tindakan pihak berwenang Ukraina saat ini, termasuk dugaan upaya untuk membangun senjata nuklir, menimbulkan ancaman besar bagi masa depan negara itu.
“Orang-orang yang tidak memahami ini, terutama di antara kepemimpinan saat ini, harus memahami bahwa jika mereka terus melakukan apa yang mereka lakukan, mereka akan mempertanyakan masa depan negara Ukraina. Jika ini terjadi, itu sepenuhnya atas hati nurani mereka,” kata Putin.
Rusia memulai operasi militer di Ukraina pada 24 Februari setelah ada permintaan bantuan dari sekutu Donbass -yang menghadapi peningkatan artileri dan mortir Ukraina selama berminggu-minggu, serangan penembak jitu dan serangan sabotase. Putin mencirikan operasi itu sebagai upaya untuk “demiliterisasi dan de-Nazifikasi” negara, dan meminta militer Ukraina untuk merebut kekuasaan dari otoritas saat ini.
Sebaliknya AS dan sekutunya mengutuk operasi itu sebagai “invasi” yang tidak beralasan dan berupaya menampar Moskow dengan sanksi baru yang keras.