TIKTAK.ID – Pasukan Amerika dilaporkan secara rutin mengirim konvoi militer dari Irak ke pangkalan mereka di Suriah, tempat pasukan AS dikerahkan secara ilegal selama bertahun-tahun. AS tak peduli meskipun penempatan pasukannya itu diprotes Damaskus dan anggota komunitas global lainnya.
Dilansir Sputniknews, sebuah konvoi baru militer AS, yang mengangkut peralatan logistik dan amunisi, terlihat pada 2 April bergerak menuju pangkalan militer Amerika di ladang minyak Kuniko di provinsi Deir Ez-Zor.
Pergerakan itu dilapokan kantor berita SANA dengan mengutip sumber-sumber lokal yang tidak disebutkan namanya. Tidak jelas apakah konvoi tersebut tiba dari Irak, seperti biasa dengan laporan penampakan konvoi Amerika di Suriah.
Pengiriman pasokan militer yang dilaporkan terjadi di tengah berlanjutnya kehadiran pasukan Amerika di tanah Suriah dilakukan secara ilegal tanpa mandat PBB atau izin dari pihak berwenang di Damaskus. Militer AS sebagian besar ditempatkan di bagian kaya minyak negara Arab, yang saat ini berada di bawah kendali milisi Kurdi yang bersekutu dengan Washington.
Gedung Putih mengklaim pasukannya tetap bercokol di negara itu, meskipun ada protes keras dari Damaskus. AS mengklaim hadir untuk melindungi situs minyak agar tidak direbut kembali oleh teroris. Namun, Pemerintah Suriah menegaskan bahwa AS sebenarnya hanya mencuri sumber daya alam negara itu.
Menurut Menteri Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Suriah, Bassam Tomeh, pasukan Washington mengendalikan 90 persen dari kapasitas produksi minyak negara itu dan pada pertengahan Maret 2021 tindakan mereka telah mengakibatkan kerusakan senilai $ 92 miliar pada sektor minyak Suriah.
“Amerika dan sekutunya menargetkan kekayaan minyak Suriah dan kapal tankernya seperti bajak laut,” kata Tomeh dalam sebuah wawancara pada 18 Maret.
AS tidak menyangkal telah menyelundupkan minyak keluar dari Suriah dan menjualnya, tetapi mengklaim bahwa semua keuntungan masuk ke kantong warga Suriah, atau lebih spesifiknya -milisi Kurdi yang menguasai bagian timur negara yang kaya minyak itu.
Penjelasan ini tidak memuaskan Damaskus maupun negara asing lainnya, yang mengutuk tindakan Washington di Suriah, yaitu Rusia.