
TIKTAK.ID – Seorang anggota parlemen Aljazair telah mengusulkan RUU yang akan melarang mempromosikan normalisasi hubungan dengan Israel di media Aljazair. Langkah itu dilakukannya setelah negara tetangganya Maroko menjadi negara Arab terbaru yang menyetujui kesepakatan damai dengan Israel awal bulan ini.
Dilansir Sputniknews, pada Minggu (30/12/20), anggota Parlemen Aljazair dari partai Demokrat Nasional, Amira Selim mengumumkan niatnya untuk memperkenalkan RUU itu.
“Undang-Undang ini didasarkan pada posisi Aljazair yang menolak normalisasi dengan entitas Zionis, terutama karena normalisasi berdampak serius pada masalah Sahara Barat melalui tawar-menawar politik, dengan justifikasi komersial dan kesepakatan yang mencurigakan”, tulis Selim di akun Facebooknya.
“Karena normalisasi ini mulai menyebarkan perpecahan sosial di sekitarnya dengan opini anonim dan penyebaran berita palsu, terutama di platform media sosial, maka perlu untuk melindungi warga Aljazair dan mencerahkan opini publik bahwa masalah ini termasuk dalam hal yang dilarang, dan dapat memengaruhi posisi Aljazair yang tidak dapat diubah terhadap masalah Palestina”.
Selim menjelaskan bahwa usulannya itu bertujuan untuk mencegah perdebatan yang “akan mengarah pada perbedaan ideologis yang dalam”, yang dapat mengancam “ketertiban umum dan stabilitas negara dan masyarakat”.
Stabilitas di Aljazair telah lama menjadi perhatian Pemerintah yang selamat dari perang saudara dahsyat dari tahun 1991 hingga 2002 dan menewaskan sekitar 200.000 warga Aljazair.
Ketika negara-negara Arab lainnya, dengan bantuan AS setuju untuk berdamai dan menjalin hubungan dengan entitas dalam beberapa bulan terakhir, Aljazair dengan tegas menyuarakan penentangannya dan berjanji untuk menegakkan Resolusi Khartoum tahun 1967.
Kesepakatan yang disebut “Tiga Tidak” itu dilakukan oleh anggota Liga Arab yang setelah Perang Enam Hari yang menghancurkan pada 1967 dengan Israel berjanji untuk tidak berdamai, mengakui atau bernegosiasi dengan Israel, yang baru saja merebut Semenanjung Sinai dari Mesir, Tepi Barat dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah.
Ketika Uni Emirat Arab mengumumkan kesepakatan damai dengan Israel pada bulan Agustus lalu, Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune dengan tegas menyatakan Aljazair “tidak akan terlibat”, menerimanya atau memberkatinya.
“Perjuangan Palestina itu suci, dan kami tidak akan menyerah,” tambahnya, menyebut persoalan Palestina adalah “pusat dari semua masalah di Timur Tengah”.