TIKTAK.ID – Kebiasaan orang tua dapat memicu diabetes pada anak, khususnya diabetes tipe 2. Tidak seperti tipe 1, diabetes tipe 2 dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat. Dokter anak subspesialis endokrinologi, Jose R.L Batubara menjelaskan bahwa pemicu diabetes tipe 2, pada anak maupun orang dewasa, sebenarnya sama.
“Makan junk food, nonton TV terlalu lama, kurang olahraga, sama seperti orang dewasa. Kebanyakan main gawai, bukan olahraga,” ungkap Jose, seperti dilansir CNNIndonesia.com, pada Selasa (7/2/23).
Di luar itu, tanpa disadari sejumlah kebiasaan orang tua turut berpotensi memengaruhi risiko diabetes pada anak. Berikut ini di antaranya:
- Orang tua memberi anak banyak asupan gula
Gula memang penting bagi tubuh sebagai sumber energi. Akan tetapi, orang tua sebaiknya lebih mengatur konsumsi gula untuk anak. Jose menyarankan jumlah karbohidrat atau sumber energi anak hanya sebesar 40 persen dari kebutuhan kalori harian.
Jose mengatakan karbohidrat juga akan diolah jadi glukosa dalam tubuh dan punya indeks glikemik lebih rendah dari gula biasa. Sumber karbohidrat juga sangat bervariasi, seperti nasi, sagu, atau kentang.
- Makanan sebagai iming-iming supaya anak tidak rewel
Sebaiknya orang tua tidak memakai makanan dan minuman, terutama yang tinggi kalori, sebagai iming-iming supaya anak tidak rewel.
Menurut psikolog anak dan remaja di Personal Growth, Monica Sulistiawati, banyak orang tua yang memilih cara mudah untuk meredakan anak rewel. Dia menyebut salah satu cara termudah yaitu memberikan makanan. Padahal, hal itu tak hanya berisiko membuat anak jadi kegemukan, tapi juga ada efek lain kepada mental yang dipengaruhi oleh kebiasaan tersebut.
“Secara tidak langsung orang tua memberikan efek pembelajaran kalau rewel itu boleh, menangis itu boleh. Nantinya anak akan terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan,” terang Monica, mengutip CNNIndonesia.com, Rabu (9/2/23).
- Makanan dijadikan sebagai hadiah
Ada sejumlah orang tua yang menjadikan makanan sebagai reward atau hadiah atas prestasi anak. Monica menilai memberikan apresiasi atas prestasi anak tidak salah, namun dia tidak menganjurkan makanan dijadikan hadiah.
Monica memaparkan hal itu bisa membuat anak menganggap bahwa dengan prestasi atau keberhasilan, ia bisa makan sepuasnya. Kondisi tersebut akan berdampak negatif saat anak sudah dewasa, seperti sulit mengendalikan perilaku makan, gangguan psikologis atau gangguan makan misalnya bulimia atau anoreksia.