TIKTAK.ID – Kelompok oposisi Bahrain menentang keputusan negara-negara Teluk untuk menjalin pertemanan dengan Israel. Seorang ulama terkemuka di negara itu pada Minggu (13/9/20) menyerukan rakyat di kawasan Teluk untuk melawan upaya normalisasi negara-negara Teluk dengan Israel.
Ayatullah Sheikh Isa Qassim, yang tinggal di Iran, mengatakan dia menentang normalisasi antara negara-negara Arab dan Israel, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh partai oposisi Bahrain al-Wefaq, sebuah kelompok yang dekat dengan Qassim.
Kesepakatan antara Israel dan UEA bulan lalu, dan antara Israel dan Bahrain pada Jumat kemarin, bertentangan dengan keinginan rakyat, katanya, tulis Reuters.
“Ada perbedaan besar antara penguasa dan yang dikuasai dalam pemikiran, pikiran, tujuan dan kepentingan. Pemerintah mengalami kekalahan psikologis dan ingin memaksakannya pada rakyat, dan rakyat harus melawan kekalahan ini,” kata Qassim.
Pernyataan bersama oleh sekelompok asosiasi politik dan masyarakat sipil Bahrain, termasuk Asosiasi Pengacara Bahrain, pada Minggu ini bertentangan dengan kesepakatan Kerajaan Bahrain.
“Hasil dari normalisasi tidak akan menikmati dukungan populer, sejalan dengan generasi Bahrain yang telah dibesarkan dalam hal kepatuhan pada perjuangan Palestina,” kata pernyataan itu.
Kepala pengadilan tertinggi Bahrain memerintahkan pegawai pengadilan untuk tidak mengkritik kebijakan rezim atau mengungkapkan pendapat yang merusak persatuan nasional, lapor surat kabar al-Bilad pada Minggu.
Warga Bahrain sebelumnya mengkritik keterlibatan Pemerintah mereka dengan Israel, termasuk konferensi Juni lalu di Manama untuk meluncurkan formula ekonomi senilai 50 miliar dolar yang dipimpin Amerika untuk perdamaian Israel-Palestina.
Parlemen pada April lalu tunduk kepada seruan media sosial untuk menghentikan bisnis dengan Israel dan pejabat Pemerintah tidak menghadiri konferensi kewirausahaan internasional.
Bahrain menjadi negara Teluk kedua setelah Uni Emirat Arab (UEA) yang membangun hubungan normalisasi dengan Isarel. Seperti halnya UEA, hubungan Bahrain dengan Israel juga diperantarai oleh Amerika.
Sementara itu, kepemimpinan Palestina dalam pernyataannya mengatakan soal “kerugian besar yang ditimbulkannya terhadap hak-hak nasional yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina dan tindakan bersama Arab”.
Palestina telah lama mengandalkan negara-negara Arab untuk bersatu terkait penarikan militer Israel dari wilayah pendudukan dan penerimaan negara Palestina.
Hamas, kelompok pejuang yang menguasai Gaza, mengatakan tindakan Bahrain “merupakan kerugian besar bagi perjuangan Palestina”.
Penasihat Khusus Urusan Internasional untuk Ketua Parlemen Iran, Hossein Amir-Abdollahian mengatakan langkah Bahrain itu adalah pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.