TIKTAK.ID – Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Layanan Keamanan Polisi Norwegia (PST) telah mengidentifikasi China sebagai pihak yang berada di balik serangan peretasan terhadap otoritas negara tersebut.
Namun demikian, komunitas intelijen Norwegia mengaku tak memiliki cukup bukti untuk membawa kasus tersebut ke pengadilan, seperti yang dilaporkan Sputniknews.
Pada 2018, beberapa kantor administrasi publik di seluruh negeri Norwegia, antara lain gubernur daerah di Oslo dan Viken, menjadi sasaran serangan komputer yang komprehensif dan canggih yang mendorong penyelidikan atas dugaan spionase untuk mencuri rahasia negara, termasuk rencana pertahanan dan kesiapsiagaan darurat, seperti yang dilaporkan NRK.
Menurut PST, total 1,3 Gb data, termasuk nama pengguna dan kata sandi karyawan, diekstraksi. Namun sejauh mana keamanan nasional dikompromikan tetap dipertanyakan.
Kepala unit kontra-intelijen PST, Hanne Blomberg mengatakan data menunjuk “ke arah yang jelas menuju” APT31, yang ia gambarkan sebagai kelompok “yang memiliki hubungan dengan aparatur negara dan dinas intelijen China”, juga dikenal dengan nama lain seperti Zirkonium, Bronze Vinewood, dan Judgment Panda.
NRK menambahkan bahwa APT31 diketahui telah melakukan serangan komputer di Norwegia, Finlandia, dan AS, termasuk menargetkan karyawan kampanye presiden Joe Biden 2020, dan di tempat lain di seluruh dunia.
Peneliti senior Karsten Friis di Institut Kebijakan Luar Negeri Norwegia (NUPI) menekankan bahwa ini adalah pertama kalinya China disebutkan secara eksplisit oleh otoritas Norwegia.
“Kekhawatiran tentang serangan komputer semakin meningkat selama beberapa tahun. Sebelumnya, ada lebih banyak pelaku kriminal, tetapi sekarang aktor negara telah menjadi tantangan keamanan yang lebih besar. Mereka menembus institusi keamanan dan institusi demokrasi. Ini adalah tren yang kita lihat belakangan ini,” kata Friis.
Kedutaan Besar China di Norwegia membantah tuduhan PST itu.
“China tidak pernah berpartisipasi atau mendukung siapa pun dalam serangan siber, dan selalu dengan tegas menentang dan menindak perilaku seperti itu. Kami sangat menentang tuduhan tidak berdasar terhadap China,” katanya, menekankan bahwa perkembangan teknologi China “tidak bergantung pada pencurian atau penjarahan, melainkan hasil kerja keras kita sendiri”.
Namun, meskipun terang-terangan menuding China, kasus ini akan ditutup. PST mengaku tidak memiliki cukup data untuk membawa kasus ini ke pengadilan. Pengacara polisi PST Kathrine Tonstad menggambarkannya sebagai “serangan komputer canggih, profesional, dan dieksekusi dengan canggih”, namun perlu persyaratan bukti memadai untuk melanjutkan kasus tersebut ke pengadilan.