TIKTAK.ID – Perdana Menteri Irak mengatakan negaranya tidak lagi membutuhkan pasukan Amerika untuk memerangi ISIL (ISIS), tetapi kerangka waktu formal untuk penempatan kembali pasukan AS akan tergantung pada hasil pembicaraan dengan pejabat AS minggu ini.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita The Associated Press, Mustafa al-Kadhimi mengatakan bahwa Irak masih akan meminta pelatihan AS dan pengumpulan intelijen militer, tetapi akan mencari garis waktu untuk penarikan pasukan tempur, yang diumumkan pada bulan April di tengah pembicaraan yang sedang berlangsung antara Washington dan Baghdad.
“Tidak perlu ada pasukan tempur asing di tanah Irak,” katanya dalam wawancara yang diterbitkan pada Minggu (25/7/21) sebelum perjalanan yang direncanakan ke Washington. Dia dijadwalkan untuk bertemu Presiden Joe Biden pada Senin sebagai putaran pembicaraan strategis keempat, seperti yang dilansir Sputniknews.
“Perang melawan ISIS [ISIL] dan kesiapan pasukan kami membutuhkan jadwal khusus, dan ini tergantung pada negosiasi yang akan kami lakukan di Washington,” tambahnya.
Al-Kadhimi akan mengunjungi Gedung Putih di tengah meningkatnya tekanan, untuk mengurangi peran AS di negara itu.
Sementara itu, ancaman kebangkitan ISIL tetap ada di Irak, al-Kadhimi berhati-hati untuk menekankan bahwa Baghdad tidak mencari penarikan penuh.
“Apa yang kami inginkan dari kehadiran AS di Irak adalah untuk mendukung pasukan kami dalam melatih dan mengembangkan efisiensi dan kemampuan mereka, dan dalam kerja sama keamanan,” kata al-Kadhimi.
“Irak memiliki seperangkat senjata Amerika yang membutuhkan perawatan dan pelatihan. Kami akan meminta pihak Amerika untuk terus mendukung pasukan kami dan mengembangkan kemampuan kami,” katanya.
Kehadiran pasukan AS kini tersisa sekitar 2.500 sejak akhir tahun lalu ketika Presiden Donald Trump memerintahkan pengurangan dari 3.000.
Sebelumnya, mantan Presiden Barrack Obama telah menarik pasukan AS dari Irak pada tahun 2011, menciptakan kekosongan keamanan yang membantu munculnya ISIL. Pasukan AS dikerahkan kembali pada tahun 2014.
Masih belum jelas persis bagaimana Washington dan Baghdad mendefinisikan pasukan tempur dan berapa banyak pasukan yang benar-benar akan dikerahkan di bawah rencana tersebut.
Pejabat AS dan koalisi telah menyatakan bahwa pasukan AS tidak lagi menemani pasukan Irak dalam misi darat dan bahwa bantuan koalisi terbatas pada pengumpulan dan pengawasan intelijen serta penyebaran teknologi militer canggih.