
TIKTAK.ID – Moskow pada Jumat (9/10/20), menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah pembicaraan damai di tengah pertempuran yang semakin sengit antara Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh.
The Associated Press melaporkan, pada Kamis malam, Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan pernyataan yang menyerukan penghentian pertempuran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan yang telah berkecamuk selama hampir dua pekan ini.
Kremlin mengatakan inisiatif Putin diambil setelah serangkaian panggilan telepon dengan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinian dan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev.
Ledakan pertempuran antara pasukan Azerbaijan dan Armenia dimulai pada 27 September dan menandai eskalasi terbesar dari konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun di Nagorno-Karabakh. Wilayah itu terletak di Azerbaijan tetapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia yang didukung oleh Armenia sejak berakhirnya perang separatis pada 1994.
Kremlin mengatakan Putin mengusulkan gencatan senjata untuk saling bertukar tahanan dan mengumpulkan mayat tentara. Dia menambahkan bahwa diplomat Azerbaijan dan Armenia diundang ke Moskow untuk berkonsultasi.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan mereka mengonfirmasi kehadiran mereka pada Jumat ini, tetapi tidak ada komentar langsung dari Armenia atau Azerbaijan atas inisiatif Rusia tersebut.
Pejabat Azerbaijan dan otoritas separatis Nagorno-Karabakh mengatakan pertempuran hebat terus berlanjut semalam.
Pertempuran dengan artileri berat, pesawat tempur, dan drone telah berkecamuk di Nagorno-Karabakh meskipun banyak seruan internasional untuk dilakukan gencatan senjata. Kedua belah pihak saling menuduh menargetkan wilayah permukiman dan infrastruktur sipil.
Pada Kamis kemarin, sebuah katedral bersejarah di kota Shusha di Nagorno-Karabakh terkena tembakan, sebuah cangkang menembus kubahnya dan merusak interiornya. Tidak ada yang terluka dalam serangan itu, tetapi beberapa jam kemudian sejumlah tembakan melukai dua jurnalis Rusia yang memeriksa kerusakan tersebut. Militer Azerbaijan membantah menargetkan katedral itu.
Menurut militer Nagorno-Karabakh, 350 prajuritnya telah tewas sejak 27 September. Azerbaijan belum memberikan rincian tentang kerugian militernya. Puluhan warga sipil di kedua sisi juga tewas.
Stepanakert, Ibu Kota Nagorno-Karabakh, berada di bawah serangan hebat. Warga yang tinggal di tempat itu mengungsi ke tempat penampungan, beberapa di antaranya berada di ruang bawah tanah gedung apartemen.
Menghadapi seruan internasional untuk gencatan senjata, Azerbaijan mensyaratkan penarikan pasukan Armenia dari wilayah tersebut.
Sementara itu, pejabat Armenia menuduh Turki terlibat dalam konflik tersebut dan mengirim tentara bayaran dari Suriah untuk berperang di pihak Azerbaijan.
Turki secara terbuka mendukung Azerbaijan dalam konflik itu, tetapi membantah telah mengirim tentara bayaran ke wilayah tersebut.