TIKTAK.ID – Menteri Dalam Negeri Prancis, Christophe Castaner dalam pidatonya, Senin (8/6/20) kemarin mengatakan bahwa polisi Prancis tak sama dengan polisi Amerika. Polisi Prancis dia bilang tak menggunakan kekerasan kepada orang kulit berwarna.
“Polisi Prancis bukan polisi Amerika,” katanya, seperti yang dikutip CNN.
Pidatonya itu disampaikan setelah Prancis dilanda demonstrasi besar-besaran melawan rasisme dan kebrutalan polisi selama sepekan terakhir. Dia juga mengumumkan bahwa penggunaan chokehold -yang ia gambarkan sebagai tekanan pada leher atau tenggorokan seseorang dengan menekannya ke tanah- adalah “metode berbahaya” dan tidak akan diajarkan lagi dalam pelatihan polisi.
Baca juga: AS Berencana Jatuhi Sanksi Kapal Tanker Pengirim Minyak Iran ke Venezuela
Metode chokehold itulah yang digunakan oleh polisi saat penangkapan George Floyd akhir Mei lalu dan mengakibatkannya tak bisa bernapas. Ujungnya, Floyd meninggal di tangan polisi dan kematiannya memicu demonstrasi besar-besaran melawan rasisme dan kebrutalan polisi bertajuk “Black Live Matter” di luar dan di dalam Amerika.
“Saya mendengar kritik, saya mendengar seruan kuat terhadap kebencian,” kata Castaner, merujuk pada protes besar Black Lives Matter yang terjadi di beberapa kota besar di Prancis pekan lalu. Dia menambahkan “rasisme tidak memiliki tempat di masyarakat kita, tidak di Republik kita.”
Sementara dimotivasi oleh kemarahan tewasnya Floyd, di Minneapolis, para demonstran di Prancis juga menuntut keadilan bagi Adama Traore. Dia adalah seorang pria kulit hitam berusia 24 tahun yang meninggal dalam tahanan polisi setelah melarikan diri dari pemeriksaan identitas di luar Paris empat tahun lalu.
Halaman selanjutnya…