
TIKTAK.ID – Menteri Dalam Negeri Libya, Fathi Bashagha berhasil lolos dari upaya pembunuhan, ketika iring-iringan mobilnya diserang kelompok tak dikenal di luar kota, kata sebuah sumber kepada media Al Jazeera, Minggu (21/2/21).
Fathi Bashagha merupakan Menteri Dalam Negeri Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA). Fathi diserang dalam perjalanan pulang usai melakukan pertemuan dengan Ketua Perusahaan Minyak Nasional pada Minggu kemarin (21/2/21) dan kembali ke Tripoli, ketika serangan itu terjadi.
Pria 58 tahun itu lolos tanpa cedera apa pun, kata sebuah sumber. Sementara itu, salah satu penyerang dilaporkan tewas dalam serangan itu dan dua lainnya berhasil ditangkap.
Bashagha dalam beberapa bulan terakhir membuat pernyataan yang memicu kemarahan beberapa kelompok bersenjata di Tripoli dengan mengumumkan rencana untuk mendemobilisasi milisi dan mengintegrasikan kembali mereka ke dalam aparat keamanan formal.
Libya telah terperosok dalam konflik bersenjata setelah pemberontakan yang didukung NATO pada 2011 terhadap penguasa lama, Muammar Gaddafi.
Negara Afrika Utara, yang merupakan penghasil minyak yang signifikan, telah menjadi ajang rebutan antara dua kelompok bersenjata, yaitu GNA dan pemerintahan saingan di timur, Tentara Nasional Arab Libya (LNA). Kedua kelompok didukung oleh berbagai aktor lokal dan internasional.
LNA merupakan kelompok yang dipimpin oleh Marsekal Khalifah Haftar. Ketika GNA diakui secara internasional didirikan di Tripoli, sebagian dari pasukan militer Libya mempertahankan identitas LNA.
Dalam Perang Saudara yang sedang berlangsung, LNA setia kepada bagian dari Dewan Perwakilan Rakyat Libya yang bertemu di Tobruk, diakui secara internasional hingga Oktober 2015. LNA berperang melawan Dewan Syura Revolusioner Benghazi, serta Negara Islam di Libya yang merupakan musuh bersama bagi LNA dan Tentara Libya.
Bashagha sendiri menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri kelompok GNA yang diakui PBB sejak Oktober 2018. Ia dipandang sebagai sosok yang paling menonjol untuk menggantikan ketua terakhir, Fayez al-Sarraj.
Namun, posisi itu akhirnya jatuh ke tangan Abdul Hamid Dbeibah, seorang pengusaha berusia 61 tahun dari Misrata yang terpilih sebagai Perdana Menteri oleh delegasi Libya dari kedua belah pihak pada pembicaraan damai yang ditengahi PBB di Jenewa pada bulan lalu.
Pemerintah sementara yang baru kini ditugaskan untuk memimpin negara melalui pemilihan, yang dijadwalkan pada Desember nanti.