
TIKTAK.ID – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Mark Esper buka suara terkait maksud dan tujuannya mengundang Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto ke Pentagon, pekan lalu.
Melalui sebuah artikel di laman AFP, Rabu (21/10/20), ia mengatakan undangan itu adalah bagian dari upaya AS untuk memperkuat dan memperluas aliansi dengan negara-negara yang “like-minded democracies” seperti Indonesia untuk melawan pengaruh Rusia dan China. Esper pun memperkenalkan inisiatif baru itu pada Selasa (20/10/20) waktu setempat.
Esper menyebut Pentagon secara sistematis akan memonitor dan mengelola relasi dengan negara-negara mitra, memperkuat koordinasi militer, serta meningkatkan penjualan senjata buatan AS.
Baca juga : Begini Tanggapan Sandiaga Uno Soal Disahkannya UU Cipta Kerja
Perlu diketahui, inisiatif yang disebut dengan Guidance for Development for Alliances and Partnerships (GDAP) itu hadir dua minggu jelang pemilihan presiden AS. Apabila Donald Trump kalah dalam pemilu tersebut, maka Esper diyakini tak akan menjabat lagi sebagai Menhan.
“Jaringan sekutu dan mitra AS bisa memberikan kita keuntungan asimetris yang tak dapat ditandingi oleh musuh kita,” ujar Esper seraya menyebut aliansi itu “tulang punggung tatanan berbasis aturan internasional.”
Kemudian Esper mengutip kemitraan lama macam NATO hingga Malta yang membantu AS melepaskan diri dari Inggris pada abad ke-18.
Baca juga : Kebijakan Anies Baswedan Sering Dihambat DPRD DKI, Pengamat: Efek Pilkada yang Rugikan Rakyat
“Contoh seperti ini menggambarkan pentingnya menyelaraskan negara-negara yang berpikiran sama, baik besar maupun kecil, untuk mempertahankan tatanan bebas dan terbuka yang telah melayani kita semua dengan baik selama beberapa dekade,” tutur Esper, seperti dilansir CNBCIndonesia.com.
Ia memaparkan, jika digabungkan, maka China dan Rusia kemungkinan memiliki kurang dari 10 sekutu.
Selain itu, Esper juga menilai China menggunakan “paksaan” dan “perangkap keuangan” untuk membangun aliansi dengan negara-negara lemah seperti Myanmar, Kamboja, dan Laos.
Baca juga : Ini 3 PR Besar Prabowo sebagai Menhan Menurut Pengamat Militer
“Semakin kecil negara, maka semakin besar kebutuhannya. Dengan begitu, tekanan Beijing akan semakin berat,” terang Esper.
Lebih lanjut, Esper memamerkan kunjungan yang telah dilakukannya untuk membangun hubungan pertahanan dengan Malta, Mongolia, dan Palau.
Ia juga membocorkan rencana AS membangun pangkalan pasukan di Polandia. Ia pun menggarisbawahi perlunya membangun hubungan yang lebih dekat dengan “negara demokrasi yang berpikiran sama seperti India dan Indonesia”.