
TIKTAK.ID – Istilah “toxic positivity” acap kali digunakan untuk menunjuk kata-kata bernada positif, namun sebenarnya dapat merusak kondisi mental seseorang. Menurut psikolog dari aplikasi konseling Riliv, Prita Yulia Maharani, M.Psi., toxic positivity memang terdengar sebagai penyemangat.
Akan tetapi, Prita mengatakan sebenarnya hal itu bisa membuat orang lain jadi sedih karena tidak divalidasi. Pasalnya, kata-kata tersebut justru berujung meremehkan kesedihan mereka. Ia menilai saat mendengarkan, penting untuk menerapkan empati atau memahami kondisi orang secara utuh.
“Toxic positivity membuat kita menekan emosi negatif dengan berusaha untuk menerima emosi positif. Padahal, emosi negatif juga perlu kita terima supaya tidak menumpuk,” ujar Prita, seperti dilansir Kompas.com.
Prita menjelaskan, tidak semua orang ingin diberi nasihat, dan banyak yang hanya ingin didengarkan saja. Ia menyebut toxic positivity berpotensi membuat orang takut berpikir negatif, takut bercerita pada orang lain, mengisolasi diri, dan meningkatkan risiko stres serta kecemasan.
Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat “semangat” yang merupakan toxic positivity dan bisa kita coba hindari:
- “Masih ada yang lebih susah daripada kamu”
Kalimat tersebut akan membuat teman atau kerabat yang bercerita, merasa dikecilkan masalahnya.
Kamu tidak tahu seberapa besar usaha atau pun perjuangan dia, dan hal yang mungkin memperparah kondisinya.
Oleh sebab itu, kamu bisa menggantinya dengan kalimat, “Aku bisa melihat dan merasakan betapa susahnya kamu berjuang menghadapi semua ini.”
- “Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan”
Ketika seseorang sedang berusaha bercerita ke kamu, maka itu artinya dia berusaha untuk menyingkirkan pikiran itu dengan membagikannya. Untuk itu, tidak masuk akal jika kamu memintanya untuk tidak memikirkan masalah tersebut. Kamu dapat mengapresiasinya dengan mengatakan, “Terima kasih karena kamu mau berbagi cerita”.
- “Sudah, jangan sedih terus. Mellow banget.”
Tidak ada orang yang mau sedih, dan tidak ada yang mau disebut “mellow”. Jika kamu mengatakan hal ini, artinya menutup mata bahwa teman atau sahabat sedang mengalami masalah dan mempercayai kamu sebagai teman bercerita. Kamu pun dapat berlatih mengatakan, “Apa yang bisa aku lakukan agar kamu bisa lebih tenang?”